PEMANFAATAN AMPAS INTI SAWIT (KI) 2 terbaru
BAB
I
PENDAHULUAN
Tiap tahun tidak kurang dari 2 juta ton bungkil inti-sawit (BIS) “dibuang percuma” sebagai ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil) di Indonesia yang diekspor dengan harga “sampah”. Selain untuk diekspor, ampas yang dikenal sebagai PKM (palm kernel meal) ataupun PKC (palm kernel cake) itu juga dimanfaatkan sebagai komponen pakan ternak pengganti jagung.
Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, di 2007 jumlah BIS besarannya mencapai 2,14 juta ton. Angka ini sebagaimana dikemukakan Arnold P Sinurat - Peneliti dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor – adalah 10% dari produksi CPO.
Dilihat dari komposisi nutrisi, BIS memiliki kandungan serat kasar (SK), dan beberapa senyawa polisakarida yang tinggi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan pengkajian tentang pemanfaatan BIS untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi selain hanya sebagai sampah dan pakan ternak.
1.1
Latar Belakang
Tiap tahun
tidak kurang dari 2 juta ton bungkil inti-sawit
(BIS) “dibuang percuma” sebagai ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil)
di Indonesia yang diekspor dengan harga “sampah”. Selain untuk diekspor, ampas
yang dikenal sebagai PKM (palm kernel meal)
ataupun PKC (palm
kernel cake) itu juga dimanfaatkan
sebagai komponen pakan ternak pengganti jagung.
Tiap tahun tidak kurang dari 2 juta ton bungkil inti-sawit (BIS) “dibuang percuma” sebagai ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil) di Indonesia yang diekspor dengan harga “sampah”. Selain untuk diekspor, ampas yang dikenal sebagai PKM (palm kernel meal) ataupun PKC (palm kernel cake) itu juga dimanfaatkan sebagai komponen pakan ternak pengganti jagung.
Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, di 2007 jumlah BIS besarannya mencapai 2,14 juta ton. Angka ini sebagaimana dikemukakan Arnold P Sinurat - Peneliti dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor – adalah 10% dari produksi CPO.
Dilihat dari komposisi nutrisi, BIS memiliki kandungan serat kasar (SK), dan beberapa senyawa polisakarida yang tinggi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan pengkajian tentang pemanfaatan BIS untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi selain hanya sebagai sampah dan pakan ternak.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
merumuskan masalahan yang akan diabahas
dalam karya tulis ini, yakni sebagai berikut
- Pengertian ampas/bungkil inti sawit, etanol, dietil eter, dan etil asetat,
- Proses/cara pembuatan etanol, dietil eter, dan etil asetat,
- Apa kegunaan dari etanol, dietil eter, dan etil asetat bagi manusia.
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah
- Mengetahui pengertian ampas/bungkil inti sawit, etanol, dietil eter, dan etil asetat,
- Mengetahui proses-proses pembuatan etanol, dietil eter, dan etil asetat,
- Mengetahui kegunaan etanol, dietil eter, dan etil asetat dalam kehidupan manusia.
1.4
Metode
Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode tinjauan pustaka
yaitu mengumpulkan
teori-teori, data-data dan penjelasan masalah dari berbagai sumber, termasuk
buku yang berkaitan dengan karya tulis ini.
1.5 Manfaat Penulisan
Karya tulis ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan teknologi, menjadi sumbangan pemikiran bagi kemajuan ilmu-ilmu kimia, biologi, fisika dan juga ilmu-ilmu lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bungkil Inti Sawit
2.1.1 Pengertian
Bungkil Inti Sawit (BIS)
Ampas inti sawit atau yang
lebih dikenal dengan nama bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu jenis
limbah/ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil). Ampas ini
dikenal sebagai PKM (palm kernel meal)
ataupun PKC (palm
kernel cake) yang
sangat potensial dijadikan komponen pakan ternak pengganti jagung yang terpaksa
diimpor dan harganya pun kian meningkat.(http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=1252, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
Dari
sejumlah penelitian diketahui, BIS memiliki rentang variasi kualitas kandungan
nutrisi yang cukup lebar. Protein kasar bervariasi 16,0 – 21,3 %; serat kasar
dalam kisaran 6,7 – 17,5 %; lemak berkisar 0,8 – 10,33 %, nitrogen free extract
38,7 – 63,5 % dan enerji metabolis 1481,8 sampai 2500,0 kcal/kg. (http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=1252, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
2.2 Etanol
2.2.1 Pengertian
Etanol
Etanol (disebut juga etil-alkohol
atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan
tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika
diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH
atau rumus empiris C2H6O.( http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_asetat, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
2.2.2 Pembuatan Etanol
Etanol dapat dibuat dengan
beberapa cara sebagai berikut:
1. Etanol untuk konsumsi
umumnya dihasilkan dengan proses fermentasi atau peragian bahan makanan yang mengandung pati atau karbohidrat, seperti beras, dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya berkadar
rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi diperlukan
proses pemurnian melalui penyulingan atau destilasi. Etanol untuk keperluan
industri dalam skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil
samping dalam industri gula
tebu atau gula bit.
2. Melalui sintesis kimia melalui antara reaksi
gas etilen dan uap air dengan asam sebagai katalis. Katalis yang dipakai
misalnya asam fosfat (H2PO4). Asam sulfat (H2SO4) dapat juga dipakai sebagai katalis, namun dewasa ini sudah jarang
dipakai.
3. Salah satu usaha untuk
mencapai produktivitas etanol yang tinggi pada fennentasi molasses, maka
digunakan bakteri Zymomonas mobilis. Menurut penelitian yang ada, pada
fennentasi secara batch, konsentrasi etanol yang dihasilkan dalam substrat
dapat lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh yeast (Herman all, 1991).
4. Pada beberapa mikroba peristiwa
pembebasan energi terlaksana karena asam piruvat diubah menjadi asam asetat + karbon dioksida selanjutaya asam asetat
diubah
menjadi alkohol. Dalam
fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul
ATP, bandingkan dengan respirasi aerobik, satu molekul glukosa mampu menghasilkan 38 molekul
ATP, hal ini dapat dijelaskan
melalui reaksi sebagai berikut :
1. Gula
(C6H12O6) ————>
asam piruvat (glikolisis)
2.
Dekarbeksilasi asam piruvat.
Asampiruvat
————————>
asetaldehid + CO2.
(Piruvatdekarboksilase) (CH3CHO)
3.
Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase
diubah menjadi alkohol
(etanol).
2 CH3CHO
+ 2 NADH2 —————————>
2 C2H5OH + 2 NAD.
alkoholdehidrogenase
alkoholdehidrogenase
Enzim
Ringkasan
reaksi :
C6H12O6
—————> 2 C2H5OH + 2 CO2
+ 2 NADH2 + Energi
5. Etanol dihasilkan dari gula yang
merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir yang baik digunakan
untuk menghasilkan etanol adalah dari genus Saccharomyces. Kriteria
pemilihan khamir untuk produksi etanol adalah mempunyai laju fermentasi dan
laju pertumbuhan cepat, perolehan etanol banyak, tahan terhadap konsentrasi
etanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi, pH optimum
fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi sekitar 25-30°C serta tahan terhadap stress fisika dan kimia.
Fermentasi
etanol meliputi dua tahap yaitu:
1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa
dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP
(Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih
teroksidasi daripada glukosa.
2. Senyawa yang teroksidasi tersebut
direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama,
membntuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol. (Fardiaz :1992)
2.2.3 Kegunaan
Etanol
Dalam kehidupan
sehari-hari, etanol sering digunakan di berbagai bidang, terutama di bidang
kesehatan, kecantikan, farmasi, kimia, industri dan lain-lain. Beberapa
kegunaan yang sering kita jumpai diantara adalah sebagai berikut :
1.
Etanol digunakan sebagai pelarut,
2.
Sebagai bahan bakar alternatif
3.
Sebagai campuran minuman
(intoxicant),
4.
Sebagai sintesis bahan kimia lain.
2.3
Dietil Eter
2.3.1 Pengertian Dietil Eter
Dietil eter, yang juga dikenal
sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan
mudah terbakar yang jernih, tak berwarna,
dan bertitik didih rendah serta berbau khas. Anggota paling umum dari kelompok
campuran kimiawi yang secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3,
dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan
sebagai anestesi umum. Eter dapat dilarutkan dengan menghemat di
dalam air (6.9 g/100 mL). (http://id.wikipedia.org/wiki/Dietil Eter, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
2.3.2 Pembuatan Dietil Eter
Sebagian
besar dietil eter diproduksi sebagai produk sampingannya fase-uap hidrasinya etilena
untuk menghasilkan etanol.
Proses ini menggunakan dukungan solid katalis
asam fosfat dan bisa disesuaikan
untuk menghasilkan eter lebih banyak lagi (John Wiley & Sons : 2004). Fase-uap dehidrasinya
etanol pada sejumlah katalis alumina
bisa menghasilkan dietil eter sampai 95% (Menlo Park : 1991) .
Dietil eter bisa dipersiapkan di dalam labolatorium dan pada sebuah skala industri oleh sintesis eter asam. Etanol dicampur dengan asam yang kuat, biasanya asam sulfat (H2SO4). Disosiasi asam menghasilkan ion hidrogen ( H+ ). Sebuah ion hidrogen memprotonasi atom oksigen elektronegatifnya etanol, memberikan muatan positif ke molekul etanol:
CH3CH2OH + H+ → CH3CH2OH2+
Sebuah atom oksigen nukleofilnya
etanol tak terprotonasi mensubsitusi
molekul air (elektrofil), menghasilkan air,
sebuah ion hidrogen dan dietil eter.
CH3CH2OH2+
+ CH3CH2OH → H2O + H+ + CH3CH2OCH2CH3
Reaksi ini harus berlangsung pada suhu yang lebih rendah dari 150°C agar tidak menghasilkan sebuah produk eliminasi (etilena). Pada temperatur yang lebih tinggi, etanol akan terdehidrasi untuk membentuk etilena. Reaki menghasilkan dietil eter adalah kebalikannya, sehingga pada akhir reaksi akan tercapai kesetimbangan antara reaktan dengan produk. Untuk menghasilkan eter yang bagus maka eter harus disuling dari campuran reaksi sebelum eter kembali menjadi etanol, Dengan memanfaatkan prinsip Le Chatelier .
Reaksi lainnya yang bisa digunakan untuk mempersiapkan eter adalah sintesis eter Williamson, dimana sebuah alkoksida (yang dihasilkan dengan memisahkan/menguraikan sebuah logam alkali di dalam alkohol) melakukan substitusi nukleofilik di sebuah alkil halida (haloalkana).
2.3.3 Kegunaan Dietil Eter
Dalam kehidupan
sehari-hari, Dietil Eter sering digunakan untuk berbagai keperluan. Berikut ini
adalah penjelasan tentang kegunaan Dietil Eter,
1.
Dietil eter merupakan sebuah
pelarut laboratorium
yang umum dan memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering
digunakan untuk ekstrasi cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan
air, lapisa eter biasanya berada paling atas. Sebagai salah satu pelarut umum
untuk reaksi
Grignard, dan untuk sebagian besar reaksi
yang lain melibatkan berbagai reagen organologam, Dietil eter sangat penting
sebagai salah satu pelarut dalam produksi plastik selulosa sebagai selulosa asetat (John Wiley & Sons : 2004). Dietil
eter memiliki angka setana yang tinggi, 85 sampai 96, digunakan sebagai salah satu
cairan awal untuk mesin diesel dan bensin karena keatsiriannya yang tinggi dan temperatur autosulutan.
2.
Karena berefek anestetik,
eter juga digunakan sebagai sebuah obat rekreasi, kendati tidak populer. Dietil
eter tidak seberacun zat pelarut lainnya yang digunakan sebagai obat rekreasi.
Eter cenderung sulit dikonsumsi sendirian, sehingga sering dicampur dengan
etanol untuk pengunaan rekreasi. Eter juga digunakan sebagai sebuah obat inhalan (hirupan). Karena tidak dapat dicampur dengan air dan
adanya fakta bahwa senyawa organik tak berkutub sangat mudah larut di dalamnya,
eter digunakan pula dalam produksi kokain freebase, dan terdaftar sebagai sebuah Table II precursor dalam
Konvensi PBB Menentang Peredaran Ilegal Narkotika dan Zat Psikotropika. (http://id.wikipedia.org/wiki/Dietil Eter, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
2.4
Etil Asetat
2.4.1 Pengertian Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan
rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat
EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Etil Asetat, diakses
tanggal 21
Maret
2009)
2.4.2 Pembuatan Etil Asetat
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer
dari asam asetat dan etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3
+ H2O
Reaksi diatas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan
suatu kesetimbangan
kimia. Karena itu, rasio hasil dari reaksi
diatas menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium, produk
etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus
Dean-Stark.
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti skandium(III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa tetrabutilamonium tribromida (TBATB) adalah katalis yang amat efektif. Misalnya, asilasi 3-fenil propanol dengan asam asetat glasial dan TBATB dengan refluks menghasilkan ester dalam 15 menit, dengan rasio hasil 95%, tanpa harus memisahkan air. Para ahli percaya bahwa asam bromida yang dihasilkan oleh TBATB dapat memprotonasi alkohol terhadap asam karboksilat sehingga karboksilatnya-lah yang bertindak sebagai nukleofil, tidak seperti mekanisme esterifikasi standar.
2.4.3 Kegunaan Etil Asetat
Dalam kehidupan
sehari-hari, etil asetat sering digunakan di berbagai bidang, terutama di
bidang kimia dan industri, yakni digunakan sebagai
pelarut atau pelapis plastik.
2.5 Ringkasan Reaksi dari BIS sampai Dietil Eter
dan Etil Asetat
Alkohol (etanol), Etil
Asetat, dan Dietil Eter dapat dibuat
dari BIS, hal ini dapat dilihat
melalui beberapa tahapan reaksi sebagai berikut :
BIS
(Bungkil Inti Sawit) |
GLUKOSA
(C6H12O6) |
ETANOL (C4H5OH) |
ETIL ASETAT (C4H8O2) |
DIETIL ETER (C4H10O) |
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
tinjauan pustaka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Ampas/bungkil
inti sawit adalah limbah industri minyak kelapa sawit yang masih banyak
mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat, seperti protein, senyawa
polisakarida, dan lemak,
2.
Ampas/bungkil inti sawit dapat dibuat menjadi Etanol,
Etil Asetat dan Dietil Eter melalui beberapa tahap, yakni tahap Glikolis yang
menghasilkan etanol, kemudian pemanasan etanol dengan menambahkan asam sulfat
(H2SO4) pada suhu 140 0C yang menghasilkan
Dietil Eter, dan Esterifikasi Etanol untuk menghasilkan Etil Asetat.
3.2 Kritik dan Saran
3.2.1 Kritik
Dalam membuat karya tulis, sebaiknya kita
menjadi orang yang kreatif. Artinya, kita hendaknya membuat karya tulis dengan
ide diri sendiri, bukan sekedar menyalin karya yang sudah ada, karya yang sudah
dibuat orang lain, dan yang lebih parah lagi memfotokopi karya orang lain.
Malu.
3.2.2 Saran
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca, dan juga dapat member
motivasi untuk melakukan riset-riset ilmiah demi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas Saran dan masukannya yang membangun.