Posts

Showing posts with the label Penelitian

Penyebab Sengon tidak mau tumbuh Besar

Image
Penyebab Sengon tidak mau tumbuh Besar Oleh Rahmad SA Budidaya tanaman kehutanan dengan jenis sengon (Paraserianthes falcataria/Albizia chinensis, dan lain2) memang sangat menggiurkan. Bagaimana tidak, proyeksi keuntungan investasinya mampu mencapai lebih dari 500% selama satu periode atau satu siklus tebang (optimumnya 5 tahun). Tetapi disisi lain, tidak sedikit juga masyarakat yang kecewa dengan investasi pada sektor budidaya komoditi kehutanan jenis ini. Kekecewaan mereka disebabkan oleh kegagalan proses budidaya atau tidak mencapai target sesuai harapan. Tulisan ini hanya akan membahas sebagian kecil dari banyaknya faktor penyebab kegagalan pada proses budidaya tanaman Sengon di masyarakat. Adapun proses analisis dan penyajian data dilakukan dengan proses pemahaman praktik empiris (pengalaman lapangan penulis) dan melalui tinjauan pustaka dari berbagai hasil penelitian. 1. Pemilihan bibit Bibit merupakan kunci dari keberhasilan budidaya tanaman ini. Sebenarn

Cara Membasmi Karat Puru pada Sengon (Artikel)

Image
PENYAKIT TUMOR (KARAT PURU) Penyakit tumor, merupakan salah satu penyakit yang berbahaya pada tanaman sengon ( Falcataria moluccana ) saat ini di Indonesia. Penyakit ini bisa menghambat pertumbuhan sampai mematikan tanaman. Penyakit tumor yang terdapat pada tanaman sengon, tampak bahwa serangan penyebab penyakit ini bisa terjadi baik pada tanaman muda di pembibitan maupun di lapangan serta tanaman tua. Adanya epidemi penyakit tumor pada tanaman sengon di Pulau Jawa, merupakan ancaman yang dapat mengakibatkan penurunan produk kayu sengon besar-besaran pada tahun mendatang. Penyakit  karat tumor /karat puru ( gall rust),  merupakan salah satu penyakit yang berbahaya pada tanaman sengon laut  Paraserianthes falcataria  (Miq. Barneby &J.W. Grimes). Dampak penyakit meluas pada semai  sampai  tanaman  dewasa, mulai dari menghambat pertumbuhan sampai mematikan tanaman. Pulau Jawa merupakan salah satu pusat penghasil kayu sengon terbesar di Indonesia. Epidemik penyakit kara

Cara Membasmi Karat Puru pada Sengon (Penelitian)

Image
Teknik Pengendalian Penyakit Karat Puru Dalam siaran pers Pusat Informasi Kehutanan Kementerian Kehutanan No. S.256/PIK-1/2009 pada tanggal 18 Mei 2009 tentang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Karat Puru, dijelaskan bahwa upaya serius untuk pencegahan dan pengendalian penyakit Karat Puru ini perlu segera dilakukan secara terpadu oleh Badan Litbang Kehutanan, Ditjen BPK, Ditjen RLPS, Pusdiklat Kehutanan, Pusbinluh, Pusinfo, Perum Perhutani, PT INHUTANI I-V, APHI, dan APKINDO.  Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit karat puru pada tanaman sengon dapat dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:  Pra Epidemi  Upaya pencegahan pra epidemi dapat dilakukan dengan cara promotif yang meliputi sosialisasi/diseminasi, penyuluhan cara-cara pencegahan, serta tindakan preventif dengan menghidari pola tanam monokultur termasuk dalam pengembangan Hutan Rakyat. Tindakan preventif terhadap infeksi jamur penyebab karat puru meliputi kegiatan 4 sillvikultur antara lain

PEMANFAATAN AMPAS INTI SAWIT (KI) 2 terbaru

Image
BAB I PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang         Tiap tahun tidak kurang dari 2 juta ton bungkil inti - sawit (BIS) “dibuang percuma” sebagai ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil ) di Indonesia yang diekspor dengan harga “sampah”. Selain untuk diekspor, ampas yang dikenal sebagai PKM ( palm kernel meal ) ataupun PKC ( palm kernel cake ) itu juga dimanfaatkan sebagai komponen pakan ternak pengganti jagung.         Tiap tahun tidak kurang dari 2 juta ton bungkil inti - sawit (BIS) “dibuang percuma” sebagai ampas industri minyak-sawit (CPO = crude palm oil ) di Indonesia yang diekspor dengan harga “sampah”. Selain untuk diekspor, ampas yang dikenal sebagai PKM ( palm kernel meal ) ataupun PKC ( palm kernel cake ) itu juga dimanfaatkan sebagai komponen pakan ternak pengganti jagung.       D ata Food and Agriculture Organization (FAO) menyebut kan , di 2007 jumlah BIS besarannya mencapai 2,14 juta ton. Angka ini sebagaimana dikemukakan  Arnold P