Cara Membasmi Karat Puru pada Sengon (Penelitian)
Teknik Pengendalian Penyakit Karat Puru
Dalam siaran pers Pusat Informasi Kehutanan Kementerian Kehutanan No. S.256/PIK-1/2009 pada tanggal 18 Mei 2009 tentang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Karat Puru, dijelaskan bahwa upaya serius untuk pencegahan dan pengendalian penyakit Karat Puru ini perlu segera dilakukan secara terpadu oleh Badan Litbang Kehutanan, Ditjen BPK, Ditjen RLPS, Pusdiklat Kehutanan, Pusbinluh, Pusinfo, Perum Perhutani, PT INHUTANI I-V, APHI, dan APKINDO.
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit karat puru pada tanaman sengon dapat dilakukan dengan 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
Pra Epidemi
Upaya pencegahan pra epidemi dapat dilakukan dengan cara promotif yang meliputi sosialisasi/diseminasi, penyuluhan cara-cara pencegahan, serta tindakan preventif dengan menghidari pola tanam monokultur termasuk dalam pengembangan Hutan Rakyat. Tindakan preventif terhadap infeksi jamur penyebab karat puru meliputi kegiatan 4 sillvikultur antara lain dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan yang tepat, pemangkasan, pengendalian gulma secara selektif, dan menggunakan pola tanam multikultur. Pola tanam multikultur pada hutan rakyat sengon ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman jenis mimba yang diketahui dapat mengendalikan penyebaran vektor karat puru.
Epidemi
Pengendalian epidemi dapat dilakukan melalui eradikasi yaitu dengan menebang pohon yang berpenyakit; isolasi yaitu dengan penjarangan pohon; dan terapi yaitu dengan pengobatan pohon yang terinfeksi. Pengendalian penyakit karat puru melalui pengobatan pada pohon yang terinfeksi dapat dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menghilangkan puru pada pohon yang terserang.
Puru yang menempel pada batang, dahan, ranting dan daun pohon yang terinfeksi diambil, dikumpulkan dan dikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelah puru dihilangkan batang pohon yang terinfeksi dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai berikut :
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
4. Kapur dicampur dengan garam dengan perbandingan10:1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter.
5. Belerang dicampur garam dengan perbandingan 10 : 1 dilarutkan dalam air 5 - 10 liter .
Catatan :
• Larutan dapat digunakan untuk 50 pohon yang terinfeksi.
• Bahan-bahan untuk larutan labur lebih pekat dibandingkan dengan untuk semprot.
• Larutan disaring terlebih dahulu sebelum dilakukan penyemprotan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode tersebut dapat menekan pertumbuhan karat puru dengan prosentase keberhasilan sebagai berikut :
1. Perlakuan belerang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 91,73%
2. Perlakuan kapur dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 94,32%
3. Perlakuan kapur : belerang (1:1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar sebesar 96,06%.
4. Perlakuan belerang : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 93,45%.
5. Perlakuan kapur : garam (10 : 1) dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67.
Pengendalian penyakit karat puru pada sengon juga dapat dilakukan dengan pasca epidemi yaitu dengan cara rehabilitasi dan rotasi tanaman pada lahan yang sama, pemuliaan pohon (benih, bibit unggul tahan penyakit), dan konversi jenis tanaman.
Penutup
Penyakit karat puru yang menyerang pohon sengon merupakan penyakit yang harus segera diatasi karena dapat menyebabkan kematian pohon yang tentunya dapat berpengaruh pada volume produksi hutan tanaman sengon.
Selain 5 itu penyakit karat puru yang tidak sampai menyebabkan kematian pohon, dapat mengurangi kualitas kayu sehingga mengurangi nilai ekonomisnya. Menurunya produksi kayu sengon dapat berdampak pada industri perkayuan yang berbasis pada sengon. Dengan diketahuinya teknik pengendalian penyakit ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kematian pohon dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan nilai pendapatan petani dan pengembang hutan rakyat sengon.
Sumber Peneliti :
Budi Budiman, S.Hut. & Indri Puji Rianti, S.Hut