Mata Kuliah Agroforestry Hari/Tanggal : Rabu/07 November 2011
Tempat :
A4
PRODUKTIFITAS DAN
PERLINDUNGAN TANAH DALAM AGROFORESTRI
Disusun
oleh:
1. Susanti
Alfriani M E14090074
2. Nadia
Susetya E14090071
3. Rahmad
Supri A E14090109
4. Ahadian
Rahmadi E14090132
5. Susi
Susanti E44080000
Dosen
:
Dr. Ir. Nurheni Wijayanto,
MS.
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembangunan kehutanan
diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam
pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat di
dalam dan di luar kawasan hutan. Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan
sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan masyarakat sekitar terutama
untuk peningkatan kesejahteraan.
Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian merupakan
kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Di daerah
Sumberjaya, masyarakat telah banyak mengkonversi lahan hutan menjadi areal
perkebunan kopi sebagai mata pencahariannya. Pada tahun 1970-an sekitar 60%
daerah ini masih dalam keadaan hutan alam, tetapi pada akhir tahun 1990-an
hanya sekitar 15% hutan yang masih tertinggal (Agus et al., 2002).
Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak
masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir,
kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat
dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang
dikonversikan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem
pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi
B. Tujuan
Tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh peran agroforestri terhadap produktivitas dan perlindungan tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nair (1989) menyebutkan bahwa agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk
sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu
(pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan sebagainya) ditanam secara
bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan
tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan
didalamya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi diantara komponen yang bersangkutan.
Dalam
praktiknya, pemanfaatan luas lahan yang terbatas memberikan inovasi-inovasi
pola yang secara bebas memberikan ruang pilihan kepada petani. Pola
agroforestri-tumpangsari menggunakan jenis-jenis yang mempunyai prospek pasar
yang menjanjikan (Sabarnurdin et al. 2011) petani memiliki tujuan
menanam, yaitu: petani memperoleh manfaat sosial dari tumpangsari tanaman
semusim seperti jagung, singkong, pisang, serta rumput gajah bagi petani yang
memelihara ternak; manfaat ekonomi berupa hasil kayu untuk industri dengan
pemasaran lokal maupun ekspor.
Salah satu alternatif sistem penggunaan lahan untuk tujuan produksi dan
konservasi adalah sistem agroforestri, yaitu pengelolaan komoditas pertanian,
peternakan dan atau perikanan dengan komoditas kehutanan berupa pohon-pohonan. Agroforestri
merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan hutan dengan tujuan untuk mengurangi
kegiatan perusakan/perambahan hutan sekaligus meningkatkan penghasilan petani
secara berkelanjutan (Hairiah et al., 2000; de Foresta et el.,
2000).
Peluang bagi digunakannya sistem agroforestry dalam pengelolaan lahan juga disebabkan
karena (Sabarnurdin, 2002) :
1.
Agroforestry
adalah metode biologis untuk konservasi dan pemeliharaan penutup tanah
sekaligus memberikan kesempatan menghubungkan konservasi tanah dengan
konservasi air.
2.
Dengan
agroforestry yang produktif dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan
produksi bersamaan dengan tindakan pencegahan erosi.
3.
Kegiatan
konservasi yang produktif memperbesar kemungkinan diterimanya konservasi oleh
masyarakat sebagai kemauan mereka sendiri. Digunakannya tehnik diagnostik dan
designing untuk merumuskan pola tanam secara partisipatif merupakan kelebihan
dari tehnik agroforestry.
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan
hujan tropis. Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan hujan tropis sebagai
ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan keterkaitan antara
komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh. Keterkaitan antara komponen
penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan tertentu yang dapat memberikan
fungsi tertentu pula seperti stabilitas ekonomi, produktivitas biologis yang
tinggi, siklus hidrologis yang memadai dan lain-lain.
Penanaman berbagai macam pohon dengan atau tanpa tanaman
setahun (semusim) pada lahan yang sama sudah sejak lama dilakukan petani di
Indonesia. Contoh ini dapat dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar
tempat tinggal petani. Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di
daerah pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas.
Konversi hutan alam menjadi lahan pertanian ini, disadari
menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan
flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global.
Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya
luas areal hutan yang dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka lahirlah
agroforestri sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian
atau kehutanan. Ilmu ini berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem
agroforestri yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun
beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu.
Dalam
sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara
komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan
penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem,
mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi.
Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh
tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian
konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari
lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.
Salah satu keuntungan yang paling banyak diakui agroforestri adalah potensinya
untuk melestarikan dan memelihara kesuburan tanah dan produktivitas. Hal ini
sangat relevan terjadi di daerah tropis karena laju dekomposisi bahan
organiknya tinggi dan secara umum kesuburannya rendah.
Menurut
Young dalam Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang
diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:
(1)
memperbaiki kesuburan tanah,
(2)
menekan terjadinya erosi
(3)
mencegah perkembangan hama dan penyakit,
(4)
menekan populasi gulma.
Peran
utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui
empat mekanisme:
(1)
mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
(2)
mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
(3)
menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
(4)
memperbaiki sifat fisik tanah,
Tanah
bervariasi di alam baik menurut sifat maupun jenisnya. Sehingga pemahaman
mengenai klasifikasi tanah penting untuk studi aspek tanah agroforestri. Sistem
klasifikasi tanah sebelumnya didasarkan pada konsep “zonality” yaitu
sifat-sifat tanah yang ditentukan oleh iklim, vegetasi, topografi, bahan induk,
dan usia. Pengklasifikasian tanah ini sangatlah berguna untuk menentukan
produktivitas tanah. Untuk menilai produktivitas tanah maka ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan, yaitu pola hujan, intensitas hujan, potensi evaporasi,
suhu, dan angin. Dan agroforestri telah diyakini mempunyai potensi besar
sebagai alternatif penggunaan lahan utama, konsevasi tanah dan juga
pemeliharaan kesuburan serta produktivitas lahan di daerah tropis.
Teknik konservasi tanah dan air pada daerah berlereng
dilakukan dengan pembuatan terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis
kontur di dalam lorong dengan menggunakan tanaman penyangga berupa campuran
tanaman tahunan (perkebunan, buah-buahan, polong-polongan dan tanaman industri)
sayuran dan rumput untuk pakan ternak.
Penggunaan mulsa lamtoro (Leucaena leucocephala) dapat
meningkatkan kesuburan tanah dan pendapatan petani, sedangkan bahaya erosi
dapat diperkecil. Pendapatan para petani dapat meningkat dua kali setelah
mengikuti semua aturan yang ditentukan selama empat tahun.Teknologi Lahan
Pertanian Miring (TLPM) merupakan suatu pola agroforestry. TLPM merupakan paket
teknologi konservasi tanah dan produksi pangan dengan cara berbagai macam
konservasi tanah yang berbeda secara terpadu pada suatu lahan. Hal ini dapat dilihat dari suatu pola tanam
campuran yang dapat dianggap sebagai bentuk agroforestry yang di dalamnya
terdapat jalur-jalur tanam yang ditanami tanaman buah-buahan, kacang-kacangan,
atau tanaman pangan lainnya. Secara umum agroforestri berfungsi protektif (yang
lebih mengarah kepada manfaat biofisik) dan produktif (yang lebih mengarah
kepada manfaat ekonomis). Manfaat agroforestri secara biofisik ini dibagi
menjadi dua level yaitu level bentang lahan atau global dan level plot. Pada
level global meliputi fungsi agroforestri dalam konservasi tanah dan air,
cadangan karbon (C stock) di daratan, mempertahankan keanekaragaman hayati.
Di Indonesia agroforestri sering juga ditawarkan
sebagai salah satu sistem pertanian yang berkelanjutan. Namun dalam
pelaksanaannya tidak jarang mengalami kegagalan, karena pengelolaannya yang
kurang tepat. Guna meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola
agroforestri, diperlukan paling tidak tiga ketrampilan utama yaitu:
(a) mampu menganalisis
permasalahan yang terjadi,
(b) merencanakan dan
melaksanakan kegiatan agroforestri,
(c) monitoring dan evaluasi
kegiatan agroforestri.
Namun
prakteknya, dengan hanya memiliki ketiga ketrampilan tersebut di atas masih
belum cukup karena kompleksnya proses yang terjadi dalam sistem agroforestri.
Sebelum lebih jauh melakukan inovasi teknologi mahasiswa perlu memahami potensi
dan permasalahan yang dihadapi oleh praktek agroforestri (diagnosis).
Usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air meliputi
(Zulrasdi et,al. 2005):
1.
Pengelolaan
lahan.
-
Sesuai kemampuan
lahan
-
Mengembalikan
sisa-sisa tanaman kedalam tanah
-
Melindungi lahan
dari ancaman erosi dengan menanam tanaman penutup tanah
-
Penggunaan mulsa
2.
Pengelolaan air
Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan
sumberdaya air dalam hal :
o Jumlah air yang memadai
o Kualitas air
o Tersedia air sepanjang tahun
3.
Pengelolaan
vegetasi
Pengelolaan vegetasi pada
hutan tangkapan air maupun pemeliharaan vegetasi sepanjang aliran sungai, dapat
ditempuh dengan cara :
o Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti bambu
yang sangat dianjurkan dipinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput
makanan ternak seperti rumput gajah, rumput setaria, rumput raja dll. Penanaman
ini dimaksudkan untuk enghalang terjadinya erosi pada tanah.
o Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak
memiliki kemiringan.
o Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut terdapat
kemiringan maka perlu dibuat teras.
4.
Usaha tani
konservasi.
Usaha tani konservasi adalah
penanaman lahan dengan tanaman pangan serta tanaman yang berfungsi untuk
mengurangi erosi ( aliran permukaan) dan mempertahankan kesuburan tanah.
Prinsip usaha tani konservasi :
-
Mengurangi
sekecil mungkin aliran air pemukaan dan meresapkan airnya sebesar mungkin
kedalam tanah.
-
Memperkecil
pengaruh negativ air hujan yang jatuh pada permukaan tanah.
-
Memanfaatkan
semaksimal sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian.
BAB
IV
KESIMPULAN
Pengklasifikasian tanah
ini sangatlah berguna untuk menentukan produktivitas tanah. Untuk menilai
produktivitas tanah maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pola
hujan, intensitas hujan, potensi evaporasi, suhu, dan angin. Dan agroforestri
telah diyakini mempunyai potensi besar sebagai alternatif penggunaan lahan
utama, konsevasi tanah danjuga pemeliharaan kesuburan serta produktivitas lahan
di daerah tropis.
DAFTAR PUSTAKA
de Foresta ,H. A. Kusworo, G. Michon dan W.A. Djatmiko. 2000.
Ketika kebun berupa hutan: Agroforest kahas Indonesia, sebuah sumbangan
masyarakat. ICRAF, Bogor.
Hairiah K., S.R. Utami, D. Suprayogo, Widianto, S.M. Sitompul,
Sunaryo, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk and G. Cadish. 2000.
Agroforestry on acid soils in humid tropics: managing tree-soil-crop interactions.
ICRAF, Bogor.
Nair,
P.K.R. 1993. An Introduction to
Agroforestry. The Netherlands : Kluwer Academic Publisher.
Sabarnurdin, M. Sambas. 2002. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan
TantanganPresentasi Workshop
Agroforestry 2002, Fakultas Kehutanan, UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta
Suprayogo. D, K Hairiah, N Wijayanto, Sunaryo dan M
Noordwijk.
2003.
Peran
Agroforestri pada Skala Plot: Analisis Komponen Agroforestri sebagai Kunci
Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan Indonesia. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia
Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia
Zulrasdi. Noer,
Sjofjendi, 2005. Pertanian di Daerah
aliran Sungai Lembaga Informasi Pertanian. BPPT
Sumatra Barat
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas Saran dan masukannya yang membangun.