makalah Agroforestri
PROSPEK PENGELOLAAN LAHAN
AGROFORESTRY BERBASIS MANGGIS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT
Disusun Oleh :
- RD
Ajeng Reytha Q E44063039
- Laswi
Irmayanti E44070003
- Dikdik
Sodikin E44070007
- Moh.
Eko Purwanto E44070009
- Lilis
Purnawati E44070011
Dosen
: Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
====================================
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Alih-guna lahan hutan menjadi lahan
pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan
tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan
perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu
sejalan dengan meningkatnya luas areal pertanian dan jumlah penduduk.
Laju
pertambahan penduduk yang sangat cepat menimbulkan masalah yang kompleks
akhir-akhir ini. Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan
pangan, sandang, papan (perumahan) dan lain-lain. Lahan yang memadahi
diperlukan untuk penyediaan kebutuhan tersebut, terutama untuk budidaya
pertanian
Satu sistem pengelolaan lahan model
agroforestri dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
adanya alih-guna lahan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan dan
ekonomi masyarakat. Sebagai bentuk suatu cabang ilmu pengetahuan baru dibidang
pertanian dan kehutanan, agroforestri berupaya mengenali dan mengembangkan
keberadaan sistem agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu.
Implementasi agroforestry terdiri
dari berbagai bentuk kegiatan. Berkaitan dengan potensi pasar buah-buahan
khususnya untuk buah manggis maka wilayah Kabupaten Lombok Barat
berpotensi besar untuk pengembangannya. Sebagian wilayah Lombok
Barat khususnya yang berada di seputar sabuk Gunung Rinjani memiliki iklim yang
sesuai untuk pertumbuhan manggis. Sampai saat ini sebagian besar manggis yang
diperdagangkan dalam negeri maupun ekspor berasal dari ’hutan manggis’ maupun
kebun campuran (agroforestry).
Tanaman manggis yang berupa tanaman
tahunan dapat dikombinasikan dengan tanaman tahunan (tegakan) lainnya
serta tanaman semusim dan pakan ternak untuk mendukung usaha ternak
petani. Model agroforestry dapat dikembangkan pada kebun milik petani
ataupun lahan hutan yang dikelola oleh masyarakat di kawasan pinggiran hutan
(Hutan Kemasyarakatan/HKm).
Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prospek pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry berbasis
manggis di Kabupaten Lombok Barat, dan pengaruh agroforestri terhadap
lingkungan sekitar.
TINJAUAN PUSTAKA
Tempat
Tumbuh Manggis
Tanaman manggis dapat tumbuh dengan
baik pada lahan-lahan yang hanya mengandalkan air hujan asal pada kondisi
lembab. Sehingga manggis sangat cocok sebagai tanaman alternativ untuk
dikombinasikan dengan tanaman lainnya pada bentuk wanatani (agroforestry). Tanaman manggis
sejak pembibitan sampai umur dua tahun membutuhkan naungan, sehingga
dengan kombinasi tanaman lain seperti model agroforestry maka kebutuhan
lingkungan khususnya naungan untuk meningkatkan laju pertumbuhan manggis dapat
terpenuhi.
Tabel 1
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis
Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan
|
Kelas kesesuaian lahan
|
|||
S1
|
S2
|
S3
|
N
|
|
Temperatur
(tc)
|
|
|
|
|
Temperatur rerata ( o C )
|
20
– 23
|
23 – 30
18 – 20
|
30 – 40
15 – 18
|
> 40
< 15
|
Ketersediaan
air (wa)
|
|
|||
Curah hujan (mm)
|
1.250
–1.750
|
1.750 – 2.000
1.000 – 1.250
|
2.000 – 2.500
750 –1.000
|
> 2.500
<750 o:p="">750>
|
Ketersediaan
oksigen (oa)
Drainase
Baik,
sedang
Agak terhambat
Terhambat, agak cepat
Sangat terhambat, cepat
Media
perakaran (rc)
Tekstur
Halus,
agak
halus,
sedang
-
Agak kasar
Kasar
Bahan kasar (%)
<
15
15 – 25
35 – 55
> 55
Kedalaman tanah (cm)
>
100
75 – 100
50 – 75
< 50
Dalam budidaya
manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah. Angin
yang baik tidak terlalu kencang. Daerah yang cocok untuk budidaya manggis
adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun dan merata
sepanjang tahun. Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32 derajat
C.
Tanah yang
paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur,
gembur,
mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk
budidaya manggis adalah 5–7. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan
daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada
kedalaman 50–200 m. Pohon manggis dapat tumbuh di daerah
dataran rendah sampai di ketinggian di bawah
1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di
bawah 500-600 m dpl.
Musim Panen Manggis
Musim panen manggis di Pulau Lombok
hampir bersamaan dengan daerah lain di Indonesia, yaitu berlangsung
berlangsung pada bulan November - April dengan puncak produksi pada bulan
Februari - Maret, hal ini berbeda dengan Thailand yang berlangsung pada bulan
April - Juni. Negara yang menghasilkan manggis pada waktu yang sama
dengan Indonesia adalah Australia, India, Ivory Cost dan Madagaskar (Tabel
3). Karena produksi negara-negara yang musim panennya berbarengan dengan
Indonesia masih sedikit, persaingan ekspor manggis masih rendah, Namun demikian
kebun-kebun manggis di Australia tidak lama lagi akan berproduksi, sehingga
Australia akan menjadi saingan Indonesia dalam ekspor manggis.
Tabel 2. Produktivitas
dan Waktu Panen Manggis di
Beberapa Negara, 1995
Negara
|
Produktivitas (kg/pohon)
|
B u l a n P a n
e n
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
||
Indonesia
|
30
– 50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
Thailand
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Malaysia
|
200
– 300
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
India
|
200
– 300
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Srilangka
|
15
– 60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Puerto
Rico
|
40
- 120
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Philipina
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Myanmar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Australia
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ivory
Cost
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Madagaskar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Trinidad
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber Yacob & Tindal. 1995 Mangosteen Cultivation. FAO
dalam Rahayu M (2005)
PEMBAHASAN
Agroforestri diharapkan dapat
memecahkan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kesalahan penggunaan
lahan. Kesalahan penggunaan lahan ini timbul karena terutama disebabkan
oleh desakan kebutuhan lahan garapan yang semakin terbatas akibat ledakan
pertambahan penduduk. Secara konsepsional tiga manfaat dalam agroforestry
yaitu: (1) kombinasi tanaman yang terdiri dari 2 strata atau lebih dapat
menutup tanah dan mengurangi erosi serta pemanfaatan
sinar matahari lebih maksimal; (2) memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat
di sekitar hutan; dan (3) dengan
agroforestry didapatkan bentuk hutan yang serba guna. Realisasi
pengembangan agroforestry sangatlah penting berhubung pada masa yang akan
datang dengan perluasan industri menimbulkan permintaan sumberdaya air.
Penanaman tanaman tahunan (tegakan) seperti manggis sifatnya investasi
jangka panjang tetapi melihat manfaatnya yang dapat memberikan perlindungan dan keamanan seluruh sistem termasuk sub-sistem dibagian bawah
maka tentunya hal ini menjadi alternatif pilihan.
Oleh karenanya program agroforestry
untuk tujuan pengawetan lahan yang optimal baik ditinjau oleh kemampuan petani
maupum pemerintah untuk mencegah dari bahaya erosi dan rusaknya tata air harus dirancang secara cermat dengan
didukung oleh penelitian yang mendasar. Tulisan tentang Potensi
Pengelolaan Lahan Melaui Sistem Agriforestry Berbasis Manggis barangkali
merupakan pilihan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Lombok Barat,
karena orientasinya bukan saja untuk konservasi tetapi juga berorientasi
ekonomi komersial. Hanya dalam masalah ini bagaimana kita dapat mendesain dan mengkombinasikan usaha
mengingat waktu tunggu untuk produksi manggis sangat lama, mungkin
bantuan 3 – 5 awal kegiatan masih diperlukan agar petani
tidak mengalami kesulitan untuk memulainya.
Pada sistem agroforestri dimana tanaman tahunan dan semusim diusahakan dalam
lahan yang sama atau mixed cropping
(manggis atau pohon lainnya dengan tanaman semusim atau dengan pakan ternak),
maka setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya
sendiri. Sebagai contoh, kombinasi berbagai jenis tanaman dengan berbagai
strata atau ukuran kanopi yang berbeda akan mempunyai efek naungan
terhadap tanaman lainnya. Sehingga beberapa tanaman yang jaraknya tidak
terlalu dekat akan memperoleh keuntungan. Contohnya pada kelapa
akan memberikan keuntungan naungan yang menguntungkan pada manggis pada awal pertumbuhan.
Untuk memanfaatkan lahan seefisien mungkin diantara barisan manggis dapat
ditanam tanaman rimpang yang kebutuhan akan cahaya dapat tercukupi oleh
kebutuhan cahaya difuse atau tak langsung. Pertumbuhan awal bibit manggis
pada berbagai persentase naungan memberikan laju pertumbuhan yang berbeda
(Tabel 2).
Tabel
3 Pengaruh naungan terhadap laju pertumbuhan bibit manggis.
Perlakuan
|
Pertambahan
Tinggi tanaman (cm)
|
Pertambahan diameter batang (cm)
|
Tanpa
naungan
|
4,81
cm
|
1,78
cm
|
Naungan
25 %
|
5,25
cm
|
2,71
cm
|
Naungan
50 %, tanpa seresah
|
9,84
cm
|
3,10
cm
|
Naungan
50 % + seresah
|
11,67
cm
|
3,16
cm
|
Sumber : Rahayu 2005
Pada tabel 3 juga terlihat bahwa
pertumbuhan awal manggis membutuhkan naungan dan seresah yang cukup besar. Nampaknya seresah ini
diperlukan bukan hanya untuk pertumbuhan manggis saja tetapi juga untuk
berbagai komoditas lainnya, serasah yang melapuk dalam tanah menambah jumlah dan
jenis biota dan mikroorganisme
dalam tanah yang tentu akan
menambah kandungan hara tanah
sekaligus dapat memperbaiki struktur tanah.
Struktur tanah yang baik akan
memberikan pertumbuhan akar tanaman yang sempurna akibat kebutuhan air, oksigen
dan energi lainnya tercukupi
sehingga kombinasi antar tanaman memberkan efek komplemneter yang saling
menguntungkan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wasrin dalam Wasrin
dalam Suprayogo, et al (2003) dalam Rahayu M (2005) menginformasikan
pada berbagai pengelolaan lahan yaitu dari tanaman buah monokultur,
tanaman perkebunan monokultur, agroforestryt dan penataan hutan alami menghasilkan produksi seresah yang
berbeda. Nampaknya kombinasi berbagai tanaman pada penataan hutan dan agroforestry menghasilkan seresah
total lebih besar, secara rinci kotribusi seresah dari tanaman non-pohon justru
lebih besar dibanding pohonnya (Tabel 4).
Tabel
4. Produksi Seresah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan
Sistem Penggunaan lahan
|
Berat kering seresah,(t/ha)
|
Total (t/ha)
|
|
Pohon
|
Non-pohon
|
||
Hutan
Primer di Rantau Pandan
|
0,98
|
1,80
|
2,78
|
Hutan
bekas tebangan
|
2,88
|
3,06
|
5,94
|
HTI
Monokultur (sengon)
|
3,09
|
4,14
|
7,23
|
Agroforest
karet (20 th)
|
0,74
|
1,80
|
2,54
|
Kebun
durian dan manggis
|
2,25
|
3,16
|
5,41
|
Kebun
karet muda (5 th)
|
1,56
|
2,38
|
3,94
|
Hutan alami
|
2,96
|
3,07
|
6,03
|
Sumber : Wasrin dalam
Suprayogo, et al (2003) dalam Rahayu M (2005)
KESIMPULAN
Prospek pengelolaan lahan dengan
sistem agroforestry berbasis manggis di Kabupaten Lombok Barat sangat baik
karena didukung oleh potensi lahan khususnya di sekitar sabuk Gunung Rinjani dan sekitarnya yang mencapai luasan
yang luas.
Pengembangan manggis dengan penataan
sistem agroforestry memberikan multi efek, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial yang tentu merupakan modal
harapan untuk bisa berkembang dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu M. 2005. Prospek pengelolaan lahan
agroforestry berbasis manggis di Kabupaten Lombok Barat. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache
LqrMvkxnKMUJ:ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2005/TPH/prospekpengelolaan.doc+agroforestri+dan+produktivitas+tanah,+perlindungan+tanah&cd=90&hl=id&ct=clnk&gl=id
[29
November 2010]
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas Saran dan masukannya yang membangun.