Sekelumit Kisah di Penjara Surga
Tentang Diniyah Putri
Oleh : Resminarty
Kenangan indah itu akan selalu
bersemayam di hati. Sesekali, aku membukanya, terlihat jelas setiap tingkah
yang ku perbuat. Sangat terasa lukisan hati yang rindu akan suasananya. Begitu
damai, tenang, menyejukkan, dan menyegarkan setiap mata memandang. Di kelilingi
dua gunung merapi, Talang dan Singgalang. Dari kejauhan pemandangan elok
mewakili setiap sudut ruangan. Lebih dari itu, bukit barisan tampak rapih
sebagai hiasan. Benar-benar menghilangkan kebosanan saat jenuh mulai
menghampiri. Jalan berkelok menjadi penghubung ke dunia luar. Namun pagar besi
adalah pembatas yang tak bisa dikalahkan. Jarak antara asrama dan sekolah
dibatasi oleh jalan raya. Satpam selalu siap berdiri di penghujung gerbang suci
asrama dan gerbang sekolah bak ksatria yang menakutkan. Mungkin akan terbayang
bagai penjara karena keluar asrama pun hanya boleh sekali sebulan. Harus dengan
pamong alias mahrom. Wah benar2 penjara dunia, penjara kebaikan untuk
mendapatkan surga NYA.
Kisah ini bermula
ketika aku bingung memilih tempat. Tempat untuk aku pindah dari zona nyaman
rumahku ke singgasana yang terlindungi dari bisingnya suara lelaki, hanya untuk
mendapatkan segudang ilmu. Tepat sekali, setelah menjelajahi lima pesantren di
Padang Panjang, hatiku terpaut pada satu pesantren wanita tertua di Indonesia
yang terkenal dengan sebutan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang. Pesantren
ini didirikan tanggal 1 November 1923 oleh Ibunda Rahmah EL Yunusiyyah, ketika
Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda. Penghuninya dipenuhi oleh kaum
perempuan berpakaian rapi sesuai syari’at islam. Ketika memasuki asrama, tak
seorang pun lelaki ku jumpai selain satpam. Melintasi ruang informasi, aku
hanya melihat beberapa santri yang sedang menunggu panggilan telepon balik dari
orang tuanya. Ternyata di lingkungan pendidikan ini dilarang keras membawa hp.
Hari pertama setelah
dinyatakan lulus tes, semua murid baru memasuki asrama dan menempati dipan
serta lemari yang telah disediakan. Satu asrama berpenghuni 30 hingga 50 orang.
Masa aklimatisasi pun dimulai. Awalnya aku merasa sepi. hening. sedih. Perasaan
itu memaksa butiran air jatuh dari mataku, tak hanya sekali, tapi terus menerus
hingga tiga hari pertama aku bersama teman2 baru. Walau beratus teman yang ku
kenali, bayangan rumah selalu menghinggapi. Seminggu disana serasa setahun
dalam pikiran. Tak hanya aku yang seperti itu, tapi teman2 seperjuanganku
merasakan hal yang sama. Maklum umur masih seusia jagung, baru menyelesaikan
jenjang SD. Mungkin karena kesamaan inilah kami akhirnya melepaskan kerinduaan
dengan rasa saling mengerti, memahami, dan mencurahkan segala isi hati. Begitulah
cobaan penuntut ilmu, tak salah jika mereka termasuk ke dalam golongan orang2
yang berjihad. Dari Anas r.a., berkata:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu,
maka ia dianggap sebagai orang yang berjihad fi-sabilillah sehingga ia
kembali" (HR. Imam At-Tirmidzi).
Siang yang terik, di
asrama Isnaniah (nama asrama yang ku tempati) terdengar suara dari salah satu
pojok lingkaran santri yang sedang makan. “Cepat dek, cepaaat...waktu makan
tinggal lima menit!!” suara itu membuat ritme makan para santri mendadak cepat.
“siapa yang melebihi waktu makan dan makanannya bersisa, dihukum mencuci semua
piring teman2 di ruangan ini” tambahnya. Serentak kami mempercepat tangan
menyuap dan mulut mengunyah. Lega, perasaan itu mewakili ketika butiran nasi
dipiring telah lenyap. Hmm benar saja, ada beberapa temanku yang korupsi waktu
makan, akhirnya ia benar2 dihukum. Perjalanan MOS (Masa Orientasi Santri) memang
memberikan banyak kesan. Pelajaran berharga tentang kedisiplinan, sopan santun,
berani, dan belajar hidup mandiri.
Tak lama masa adaptasi
yang kami butuhkan, hanya beberapa minggu, tempat itu mulai bersahabat dengan
kehadiran para santri. Wajah wajah ceria mulai saling menyapa, memberi salam,
dan tolong menolong tanpa paksaan. Hari demi hari dan bulan demi bulan telah mengajari
kami makna persahabatan. Kelompok2 kecil terbentuk dengan sendirinya, saling
bercerita, canda tawa, dan berbagi pengalaman. Saat itu aku putuskan untuk
mendekati 3 orang teman asramaku, 1 orang dari jambi dan 2 orang dari bengkulu.
Alangkah indahnya persahabatan yang kami lalui. Mengisi hari-hari dengan tugas
dan kewajiban harian, aktivitas melelahkan, serta amalan yang telah menjadi
aturan. Dari sejak bangun jam 03.00, shalat, mandi, sarapan, berangkat ke
sekolah, dan istirahat ketika azan dzuhur berkumandang. Semua santri pulang ke
asrama untuk shalat dan makan, lalu istirahat sebentar dan tepat pukul 13.30
WIB kembali ke sekolahan dan pelajaran dimulai. Bagi yang telat ke sekolah di
pagi hari, mereka kemungkinan besar tidak akan bisa sekolah karena semua pintu
keluar dikunci setelah pukul 07.10 WIB. Mungkin hal ini membosankan bagi yang
tak mengerti akan masa depan. Tapi sangat bermakna bagi yang mau mengambil
hikmah tiada tara.
Terkurung di asrama
dengan segudang aktivitas ilmu kadang juga membosankan. Namun di pesantrenku
saat libur mingguan tiba, yaitu pada hari jum’at, seluruh santri di ajak berkeliling
kota serambi mekah alias Padang Panjang. Jam 06.00 pagi ustadzah2 asrama mulai
sibuk mengatur barisan santri dan sebagiannya ada pula yang bertugas memanggil2
santri yang belum datang lewat mikropon. Dengan barisan yang teratur, biasanya
tiga baris sejajar ke belakang santri mulai jalan dengan rapi. Setiap keluar
dari asrama, santri wajib mengenakan baju seragam sekolah walaupun bertepatan
dengan hari libur. Berpakaian sekolah menjadikan kami dikenal oleh masyarakat
setempat. Ciri khas pakaian seragam diniyyah puteri terletak pada lilit, baju
siba, dan sarung berbentuk rok. Yang DMP sarungnya berwarna hijau dan KMI
sarungnya berwarna merah. Untuk hari sabtu sampai selasa pakaian kami adalah
baju putih plus sarung dan lilit warna putih atau merah/hijau. Sedangkan untuk
hari rabu dan kamis santri memakai seragam pramuka. Jika ada yang ngelanggar
akan di ‘iqob.
Rute perjalanan
mengelilingi kota padang panjang tidak selalu sama. Salah satu rutenya adalah
dimulai dari asrama pesantrenku lalu melintasi pesantren Thawalib Putra, Nurul
Ikhlash, Serambi Mekah, kemudian melewati pasar dan berakhir di asrama kembali.
Kadang juga melewati pabrik batu bara, masjid kota, dll. Perjalanan ini kurang
lebih membutuhkan waktu 3 jam. Selama perjalanan, suara jargon, yel-yel,
diskusi, canda tawa selalu mengiringi. Senyuman kepada orang2 yang lewat tak
lupa kami persembahkan.
Ketika perjalanan sudah
sampai ke asrama kembali, santri bersegera mengikuti antrian sarapan. Setiap
tiga kali makan dalam sehari, lauk yang disediakan selalu berbeda. Lauk nya
bisa berupa ikan, telor, sarden, ayam, dll. Sebagian besar santri mengakui
masakan di asrama sangat enak karena bumbu padangnya terasa. Kupon adalah
syarat utama untuk mengambil makanan, apa lagi jika lauknya ayam. Selain antrian
panjang yang dilalui, santri yang tidak membawa kupon tidak akan kebagian lauk.
Kupon hanya berisi tanggal dan bulan dengan ukuran kertas kira2 2x2 cm. Sambil
membawa nasi dan minum yang telah diambil, para santri menuju ke arah sebuah
ruangan yang dinamakan restoran untuk melahap makanan mereka. Berbeda dengan
hari2 biasa, makanan pada hari jum’at bersifat khusus. Pagi hari sarapannya
bubur kacang ijo/ketan hitam/lontong. Sementara siang hari menu “lipstick”
selalu menjadi andalan. Nama makanan ini sesuai dengan rasa pedasnya yang
istimewa. Padahal bahannya hanya sayur kol, buncis, teri, dan daun singkong
yang kuahnya seperti gulai kental. Walau pun sederhana, tapi rasanya sangat
nikmaat, maknyuuus pokoknya. Tak salah jika setiap alumni merindukannya...
Santri yang belum lapar
akan mengutamakan mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan keringat selama
perjalanan. Di asrama, kamar mandi barakan menghilangkan kata antri bagi para
santri. Kamar mandi sudah dilengkapi dengan tempat berwudhu’ dan mencuci. Beda
lagi dengan jemuran yang telah diplotkan sesuai letak asrama. Tak jarang
pakaian kami hilang. Selain karena jatuh dan lupa diambil, sering juga tertukar
dengan teman yang lain. Sehingga setiap orang harus memberikan merk atau nama
di setiap pakaian mereka.
Tidak selalu jalan-jalan yang menjadi
kegiatan liburan mingguan para santri. Tetapi setiap minggu selalu berbeda.
Minggu pertama biasanya senam bersama di lapangan asrama, dengan gaya senam
yang diciptakan oleh santri sendiri, kemudian minggu kedua bahu membahu gotong
royong membersihkan asrama dan lingkungan sekitarnya, minggu ketiga
jalan-jalan, dan minggu terakhir dijadwalkan berenang ke kolam “lubuk mata
kucing”. Itu tak selalu berurutan dan seringkali nonton layar lebar menjadi
pengganti dari kegiatan yang tak terlaksana.
Setiap
pesantren tentu memiliki berbagai ekstrakurikuler. Tak jauh beda dengan
pesantren ini, berbagai keterampilan telah membawa namanya wangi di dunia luar.
Salah satunya adalah drum band diniyyah puteri yang selalu diminta untuk tampil
setiap memperingati acara 17 Agustus di kota Padang Panjang. Lagu2 yang
dibawakan lewat alat tersebut membuat semua yang mendengar terkagum2 dengan
keindahannya. Gerakan simple santri yang mengikuti irama lagu menjadi pusat
perhatian. Tidak hanya drum band, pesantren ini juga memiliki ekstrakurikuler
pramuka, english club, bordir, MTQ, MHQ, pidato. Selain itu, orang tua juga tak
perlu khawatir tentang keterampilan anaknya sebagai calon ibu rumah tangga
nantinya, karena tata boga menjadi mata pelajaran wajib bagi seluruh santri
untuk bekal mereka kelak. Ditambah lagi dengan ekstrakurikuler yang mendukung,
yaitu grup keputrian (masak memasak), menjahit, dan membordir lengkap dengan
buku panduannya.
Ekstrakurikuler sekolah
dibawah naungan PMDS. Jika boleh disamakan dengan organisasi di SMP luar, PMDS
= OSIS. PMDS memiliki banyak pleno, diantara plenonya adalah keputrian,
pendidikan, da’wah, dll. Aku di bagian pleno da’wah yang membuat jadwal pidato
tiap pekannya. Waktu pelaksanaan ekstrakurikuler adalah setiap hari kamis pukul
02.00 WIB. Rangkaian acara mulai dengan pembukaan, mars PMDS, pidato bahasa
Arab, Inggris, dan Indonesia. Kemudian dilanjut dengan info ilmu pengetahuan
yang unik dan diakhiri dengan LCT per grup. Yang menang tentu mendapat hadiah,
sementara yang kalah akan dihukum dengan hukuman sesuai permintaan grup
pemenang. Ada yang berpantun, bernyanyi, teka-teki, dsb sehingga suasana kelas
menjadi ricuh dengan suara tawa. Setelah rangkaian acara selesai, masing2
santri akan masuk ke kelas ekstrakurikuler yang telah dipilih. Di setiap kelas
akan dibimbing oleh seorang pelatih. Acara ini akan ditutup sekitar pukul 16.30
WIB. Seluruh santri pulang ke asrama untuk mengikuti kegiatan pembacaan
al-ma`tsurat kecuali pengurus yang mengadakan rapat evaluasi pada penghujung
sore.
Setelah rapat usai,
pengurus akan segera bergabung. Setiap asrama menghias ruangan asramanya
seindah mungkin dari selimut2 yang dijadikan berbagai bentuk binatang, bunga,
es krim, dan kreatifitas unik lainnya sehingga kasur2 yang ditumpuk seolah2
seperti istana ratu. Kreatifitas terbaik dari setiap asrama akan memperoleh
piala bergilir. Asramaku “Isnaniah” seringkali memperoleh juara umum.
Pengumuman dibacakan lewat mikrofon dari ruang informasi. Media sangat berfungsi bagi santri untuk berbagai
panggilan dan informasi. Oleh karena itu setiap asrama dipasang satu speaker.
Ketika mendengar “Isnaniah juara umum” para santri di dalamnya bersorak
gembira, pertanda mereka bangga dengan hasil usaha mereka dalam menghias asrama
dengan baik dan selalu menjaga kebersihan.
Asrama diniyyah putri
dilengkapi mesjid tepat di tengahnya, di depan asrama Isnaniah, “mesjid An-Nur”
begitu biasanya para santri memberikan istilah. Di ujung setiap sudut mesjid
suara nyaring tilawah selalu terdengar merdu, berlaku ketika shalat fardhu dan
sunnah telah usai. Mesjid tak hanya sebagai tempat shalat bagi para santri, tapi
juga untuk belajar, diskusi, dan kadang bercengkrama sebagai selingan. Saat
ujian tiba, kami tak ingin terlelap di asrama, mencoba berlomba2 melepaskan
lelah di rumahNYA agar sepertiga malam terakhir tak terlewatkan begitu saja.
Sebagaimana firmanNYA dalam surat Al-Qadr, begitulah kami menginginkan agar
do’a kami terkabul di waktu mustajab. Bagiku, itulah waktu yang sangat indah
untuk ku selami bersama RABB yang siap mendengar segala permintaan, curahan
hati, dan segenap kegundahan jiwa. Yang aku rasakan, semua do’a yang pernah
kuucap satu demi satu terkabuls sesuai dengan kebutuhan. Menakjubkan. Sejak
saat itu, aku selalu berusaha menjadikannya rutinitas. Meski kadang tak
terbangun karena banyak tawa yang mematikan hati, aku selalu berikhtiar
memperbaikinya. Fastabiqul khairaat dalam surat Al-baqoroh ayat 148 menjadi
kalimat yang selalu memberikan semangat beribadah dan berkarya.
Semua santri diwajibkan
shalat di mesjid karena memang tak ada laki2 di lingkungan pesantren. Shalat
shubuh sering memancing emosi para musyrifah (pengurus masjid). Karena beberapa
santri ada yang telat dan shalat di asrama. Selesai shalat shubuh musyrifah
akan berkeliling asrama, jika ketahuan
ada yang yang shalat di asrama langsung dihukum di lapangan depan mesjid, dihadapan
santri2 yang lain. Biasanya mereka disuruh lari keliling sebanyak yang
ditentukan. Pelanggaran lain yang sangat berkesan adalah ketika santri memakai
bahasa Indonesia jika pada hari itu diwajibkan berbahasa asing. Hukumannya
cukup memakai lilit merah yang bertuliskan “Saya Melanggar Bahasa
Arab/Inggris”. Santri akan malu dan kapok karena tidak hanya teman2 yang
melihatnya tetapi juga guru, satpam, dan orang2 yang lewat di jalan raya. Hmm
ada lagi nih yang membuat gemetaran santri, yaitu saat razia kamar diadakan
tiba2 oleh umi asrama. Teman2 yang membawa barang elektronik, seperti hp,
cincin emas, gelang emas akan disita dan ditahan oleh guru asrama. Suatu ketika
salah seorang temanku ditanya baik2 oleh umi asrama, apakah dia membawa barang
terlarang itu atau tidak karena sebenarnya umi curiga dengan kelakuannya yang
sering mojok dan seperti berbicara sendirian. Temanku tidak mau mengakui.
Ketika razia dilakukan, benar saja, hp nya dengan merk yang mahal pada saat itu
tertangkap oleh umi asrama. Temanku dipanggil ke kamar umi, lalu umi marah
karena ketidakjujurannya. Hp temanku dibanting hingga porak poranda. Begitulah
ketegasan seorang umi asrama dalam mendidik kami. Umi akan lembut pada
posisinya dan akan berubah warna ketika ada kesalahan yang berlebihan.
Libur semester selalu
menjadi kabar bahagia bagi santri. Beberapa hari sebelumnya kami telah sibuk
membicarakannya. Setelah lebih kurang 10 hari menjalankan ujian kenaikan kelas,
libur panjang digelar hingga dua minggu habis lebaran. Semua santri bersiap2
untuk kepulangan mereka. Para orang tua berdatangan untuk menjemput. Pernah
suatu ketika, saat aku kelas dua DMP orang tuaku tak datang menjemput. Padahal
aku telah mengikuti antrian telpon yang sangat panjang di wartel asrama, hanya
ingin mengatakan “aku libur tanggal sekian pak, tolong bilang ke ayah/ibuku
jemput aku ya pak”. Ya begitulah usaha santri agar semua kebagian nelpon karena
wartel hanya buka dari ba’da isya hingga jam 22.00 WIB. Walaupun usaha sudah
sekeras itu, tetap saja endingnya aku pulang bersama orantua
temanku. Sebenarnya sedih terasa karena aku berprasangka mereka tak
mempedulikanku, tapi diluar dugaan ternyata pesan kepada orang tuaku tidaklah
sampai. Maklum, saat kelas dua DMP jaringan komunikasi belum masuk ke
kampungku, jadi harus nelpon ke teman ayah. Sebagai manusia, teman ayah lupa
menyampaikan pesan itu, begitulah penjelasan dari orangtuaku. Maka hikmahnya
bagiku, berprasangka buruk itu tak boleh dipelihara, karena dalam surat cintaNYA QS. Al-Hujurat
ayat 12 telah ditegaskan bahwa sebagian prasangka itu adalah dosa J.
Hari Raya ‘Idul Adha
juga kesempatan yang menggembirakan santri karena selalu ada libur selama 3-4
hari. Sebagian besar santri pulang, namun ada beberapa orang yang tetap di
asrama, termasuk aku. Setiap ‘Idul Adha kami sholat di lapangan bersama warga.
Pernah suatu kali penceramahnya adalah ustadz Jefri Al-Buchori. Semua warga
semangat mendengarnya walau pun saat itu gerimis membasahi pakaian mereka. Usai sholat, kami berkunjung ke rumah pimpinan
diniyyah puteri, ibu Fauziah Fauzan untuk ma’af2an. Kami dikasih wejangan oleh
ibu dan diakhiri dengan makan bersama. Esoknya dilanjutkan bersilaturrahim ke
tempat guru2 sekolah terdekat. Setelah liburan, teman akan kembali lagi dengan
berbagai oleh2 khas daerah masing2. Saling berbagi itulah kebiasaan kami.
Setelah menjalani tiga
tahun di pesantren, rasa bosan mulai menyerang. Ditambah lagi dengan kabar
bahwa teman-teman banyak yang akan pindah. Aku mencoba mendiskusikan hal ini
dengan orang tua. Aku sampaikan bahwa aku ingin melanjutkan sekolah di MAN di daerah
asalku. Orang tuaku tak banyak berkomentar. Selama itu adalah keinginanku, maka
aku diperbolehkan untuk sekolah disana. Aku masih bimbang, sebenarnya dari
lubuk hati yang paling dalam masih ada niat untuk melanjutkan sekolah di
pesantren berdasarkan prestasi-prestasi yang telah dicapai. Aku melakukan
istikhoroh dan meminta petunjuk dari Yang Maha Bijaksana. Di samping itu, aku
juga menanyakan kepada kakak-kakak kelas mengenai keadaan SMA (atau di kenal
dengan sebutan KMI) di pesantrenku. Allah yang Maha Mengetahui dan Pemberi
Petunjuk memberiku kekuatan dan ketetapan hati untuk melanjutkan ke KMI. Aku
mengambil jurusan IPA. Seperti biasanya, aku meraih juara 2 di tingkat pertama.
Pada tingkat berikutnya banyak keistimewaan dan cobaan dari Allah untukku. Keistimewaan
pertama adalah Allah mengabulkan doaku, yaitu mendapatkan juara umum, meskipun
hanya sekali karena itulah permintaanku. Yang kedua, aku dipercaya mengikuti olimpiade fisika SMA
sekota Padang Panjang walaupun tidak mendapatkan juara, hehe.
Yang ketiga, Allah
meloloskanku dalam tes memasuki asrama penghafal Al-Qur`an (Mulazamah). Asrama
ini adalah asrama istimewa dan terbagus
di pesantrenku dengan lemari ala jepang, meja belajar beralaskan kaca diatasnya,
karpet hijau yang terbentang di lantai dan lemari2 serta dipan yang tertata
rapi. Ditambah lagi dengan pelayanan susu + madu setiap 2 hingga 3 kali
seminggu. Program menghafal Al-Qur`an untuk santri di dalamnya sudah menjadi
target utama. Santri yang lolos memasuki asrama ini rata2 adalah 10 besar. Di
asrama ini, kami berlomba2 menjadi keluarga Allah dengan segenap kemampuan.
Jadwal kami semakin padat dengan adanya program hafalan, namun tak melemahkan
semangat untuk terus menjadi yang terbaik. Setiap sore, sepulang sekolah kami
mempersiapkan hafalan yang akan disetor. Tempat menghafal tentunya
berbeda-beda. Kalau aku lebih suka menghafal di lapangan sekolah sambil
mengitari bendera2 luar negeri yang berdiri gagah menghadapi hembusan angin.
Karena salah satu cita-citaku adalah ingin berkunjung ke semua negara itu
dengan Al-Qur’anku.
Keistimewaan keempat, sungguh di luar dugaan,
saat itu aku kelas 2 KMI. ibu BK menyampaikan bahwa berdasarkan keputusan dari
pimpinan yayasan, aku dan kakak kelasku ditunjuk sebagai perwakilan Lokakarya
Nasional dalam pembebasan pulau Ambalat. Semua biaya transport akan ditanggung
oleh sekolahku. Senang yang tak terlukiskan, begitulah perasaanku. Betapa
tidak, dari 5 pesantren di Padang Panjang, hanya pesantrenku yang terpilih
menjadi perwakilan.
Adanya lokakarya ini,
secara tidak langsung aku bisa merasakan jalan-jalan keliling Indonesia, mulai
dari Padang-Jakarta-Kalimantan-Ambalat-Makassar-Surabaya. Di dalam kapal kami
berkenalan dengan berbagai kalangan usia yang asal mereka dari daerah yang
berbeda-beda, lengkap dari Sabang sampai Merauke. Itu adalah pertama kalinya
aku naik pesawat dan kapal laut. Mimpiku melewati garis khatulistiwa juga menjadi
kenyataan. Di dalam kapal kami berkenalan dengan ketua pengajian SBY yang
beliau sudah hafidz. Menteri, pejabat, tentara dan pengusaha lengkap di dalam
kapal tersebut. Perjalanan selama 10 hari ini memberikanku banyak pengalaman
dan pelajaran yang berkesan. Sangat terasa warna-warni kehidupan yang
sebenarnya.
Setelah perjalanan yang
terasa begitu cepat, lagi-lagi prestasi masih berpihak kepadaku, yaitu grupku
yang merupakan perwakilan dari diniyyah puteri memenangkan lomba Asmaul Husna
sekota Padang Panjang, kemudian lomba Fahmil Qur`an juara 2 di tingkat
kabupaten, serta harapan 2 LCT di bukit tinggi. Rasa syukur yang tak terkira
atas semua nikmat dariNya. Janji Allah memang benar, semakin kita mensyukuri
nikmatNya maka Allah akan menambahkannya untuk kita..(QS.Ibrahim: 7). Terakhir
yang membuatku kaget adalah termasuk ke dalam salah satu dari delapan orang
yang mendapatkan beasiswa DEPAG. Padahal yang mengikuti tes ada sekian ratus
orang se-provinsi Sumatera Barat. Memang benar, rencanaNya begitu indah dan
menakjubkan.
Kembali bercerita
tentang sekolahku. Memasuki hari2 besar Islam dan hari besar nasional, pesantrenku
selalu mengadakan acara. Setiap asrama
wajib memberikan kontribusi. Santri yang kreatif akan memimpin teman2 nya untuk
pertunjukan terbaik mereka. Berbagai tampilan terlihat unik dan menarik
perhatian. Mulai dari puisi, iklan dengan b. arab, drama islami, pantomim,
tarian dengan lagu nasyid yang digabungkan, dan tampilan unik lainnya leluasa
dimainkan oleh santri karena penontonnya tak adayang lawan jenis. Tampilan para
santri lebih meriah lagi saat acara milad din-put besar2an, yaitu setiap lima
tahun sekali. Semua jenjang pendidikan dibawah yayasan Rahmah El-Yunusiyah,
yaitu mulai dari MI hingga perguruan tingginya akan menampilkan kreatifitas2
terbaik mereka.
1 November adalah hari yang dinanti2
oleh segenap civitas Diniyyah Puteri. Terlebih lagi setiap kelipatan lima nya,
perayaan ulang tahun diadakan besar-besaran di Aula Zainudin Labay El-Yunusy.
Akan selalu ada sejarah perguruan Diniyyah Puteri dibacakan oleh pemimpin yang
baru. Hingga saat ini, khalifahnya adalah Ibu tercinta Fauziah Fauzan. Beliau
lulusan S1 dari UI dan UNPAD. Selama kepemimpinan beliau, telah banyak
perubahan yang signifikan. Dari mulai kurikulum pendidikan hingga
lembaga-lembaga baru yang didirikan. Hal inilah yang membangkitkan gelora
semangat para pembangun peradaban. Semakin banyak santri yang mencintai
perguruan ini dan semakin banyak prestasi yang mampu mereka raih.
Ibu zizi, begitu kami memanggil
beliau, dengan wajah penuh perasaan namun bersahaja membacakan asal muasal
terbentuknya pondok pesantren modern yang sudah terkenal di berbagai belahan
dunia. “Pada tanggal 10 Oktober 1915 didirikan sebuah perguruan agama oleh
Zainuddin Labay EL Yunusy dengan nama DINIYAH SCHOOL. Sebuah perguruan agama
yang memakai nama modern, gabungan dari nama Arab dan Belanda. Zainuddin
Labay EL Yunusy adalah kakak kandung Rahmah EL Yunusiyah. Beliau pelopor
pertama yang memperkenalkan sekolah agama memakai jas dan dasi. Para
siswa duduk di kelas dengan meja dan kursi, menggunakan papan tulis, alat
peraga buku peta dan globe untuk pelajaran Ilmu Bumi. Di samping pelajaran
agama, beliau juga memasukkan pelajaran umum termasuk bahasa Inggris, ilmu
berhitung ke dalam kurikulum. Pendidikan dilaksanakan secara ko-edukasi,
yaitu bercampur murid laki-laki dan perempuan dalam satu kelas” jelas beliau.
Santri dan para alumni begitu
antusias mendengarnya, dengan wajah berdiri tegak dan mata tertuju pada satu
arah dimana ibu zizi membacakan kisah. “Rahmah EL Yunusiyah menjadi salah satu
murid di sekolah tersebut. Beliau merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut
dimana murid laki-laki satu ruangan dengan murid perempuan. Beliau merasa
banyak hal khusus mengenai kewanitaan yang tidak dapat ditanyakan dan
dibicarakan selama proses pembelajaran. Di sisi lain Rahmah muda juga
merasa gelisah memikirkan nasib kaumnya yang banyak tidak bersekolah.
Maka dengan dukungan kakaknya, tanggal 1 November 1923 Rahmah EL Yunusiyah
mendirikan sebuah perguruan agama Islam yang bernama
“Almadrasatuddiniyyah lil Banaat”, kemudian menjadi “Diniyah School Puteri” dan
akhirnya bernama “Perguruan Diniyyah Puteri” lanjut beliau.
“Pada awal masa berdiri, program pendidikan
yang dilaksanakan di Perguruan Diniyyah Puteri adalah: 1) Sekolah Menyesal
untuk kaum wanita atau para ibu yang telah berkeluarga tetapi belum mampu
membaca alquran dan huruf latin, 2) Sekolah Diniyyah Puteri Rendah tujuh
tahun (Bagian A) setingkat sekolah dasar, 3) Sekolah Diniyyah Puteri
Bagian B lama belajarnya empat tahun setingkat madrasah tsanawiyah
yang kemudian menjadi Mts. DMP (Diniyah Menengah Pertama), 4) Sekolah Diniyyah
Puteri Bagian C, lama belajarnya dua tahun adalah bagi mereka yang tamat
sekolah lanjutan pertama namun belum menguasai pelajaran agama dan ingin
memperdalam masalah agama Islam, 5) Sekolah Kulliyatul Mu’allimat EL Islamiyah
atau KMI (Sekolah Guru Puteri Islam), merupakan setingkat madrasah aliyah
didirikan tanggal 1 Februari 1937. KMI ini bertujuan melahirkan para guru yang
mampu mengajarkan agama Islam di SD, SLTP, SLTA dan sederajat”.
Pada saat ini, perguruan diniyyah
puteri telah berhasil mencetak generasi emas dari lima jenjang pendidikan yaitu
MI hingga Kuliah dengan program pendidikan yang berbeda dari sebelumnya,
tentunya jauh lebih maju. Diniyyah Puteri telah berhasil membentuk 9 divisi
otonom, yaitu:
- Diniyyah Tahfidzul Quran (DTQ). Didirikan tahun 2008 diresmikan oleh Dr. Su’ud bin Ibrahim Assyuraim (Imam Mesjidil Haram). DTQ resmi menjadi anggota lembaga tahfidz internasional. DTQ berfungsi membina program tahfidz untuk santri, guru dan karyawan Diniyyah Puteri, juga memberikan layanan kepada masyarakat dan lembaga pendidikan lain baik dalam dan luar negeri.
- Diniyyah Training Centre (DTC). Didirikan tahun 2004 sebagai lembaga training memberikan pelatihan kepada internal Diniyyah Puteri dan Eksternal Diniyyah Puteri meliputi sekolah, madrasah, perguruan tinggi, perusahaan, BUMN, BUMD di dalam dan luar negeri.
- Diniyyah Information Technology Centre (DITC). Didirikan tahun 2006. Berfungsi memberikan layanan IT kepada internal dan eksternal Diniyyah Puteri.
- Diniyyah Research Centre (DRC) diresmikan tahun 2007, merupakan lembaga yang memberikan layanan dalam bidang penelitian, konsultan manajemen dan konsultan pendidikan, serta publikasi/ penerbitan buku dan media komunikasi.
- Diniyyah Counseling Centre (DCC) diresmikan tahun 2008. Sebagai pusat layanan konseling, dan menerima pelaksanaan psikotest. Mendapatkan lisensi psikotes standar internasional.
- Diniyyah Language Centre (DLC) adalah pusat pembinaan bahasa bagi santri dan karyawan. Bahasa yang saat ini yang wajib dipelajari santri: Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Sedangkan bahasa tambahan adalah bahasa Jepang. Untuk pelatihan bahasa Jepang ini bekerja sama dengan Nagoya University Jepang.
- Diniyyah Enterprise (DE) adalah unit usaha yang berada dibawah perguruan meliputi: penginapan, loundry, resto, mini market, salon muslimah, fotocopy dan percetakan. Semua unit usaha ini melayani pihak internal dan eksternal Diniyyah Puteri.
- Diniyyah Garmen (DG) adalah usaha garmen dan bordir komputer yang berada di bawah koperasi Diniyyah Puteri namun pengelolaannya di limpahkan kepada perguruan.
- Poliklinik Diniyyah Puteri adalah pusat layanan kesehatan bagi santri, guru dan karyawan.
Panjang penjelasan yang disampaikan
oleh beliau, namun cerita tentang sejarah perguruan tak bisa hilang dari benak.
Begitulah sekelumit kisah penjara surga yang semangat penghuninya selalu berkobar
untuk menciptakan calon ibu yang memberi perubahan pada dunia.