BUSSINESS PROPOSAL - Zero Carbon Smart Case Inovasi Produk Limbah Yang Mengkonversi Emisi Menjadi Kompensasi




RINGKASAN EXCUTIVE


Indonesia merupakan negara dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah, kebudayaan yang beragam, dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun disisi lain, Indonesia masih memiliki banyak masalah mulai dari menjadi salah satu negara terbesar yang menyebabkan pemanasan global, terdapat 7,4 juta pengangguran, dan 28 juta rakyat miskin. Selain itu juga masih terus ditimpah banyak bencana dan krisis multidimensi, bencana banjir hampir setiap tahun terjadi, angka kriminalitas yang cenderung meningkat, dan krisis yang masih menyengsarakan rakyat dengan nilai rupiah yang terus menurun. Indonesia saat ini sedang menghadapi beban cukup berat berupa komitmen pengurangan emisi GRK sebesar 29% dengan biaya sendiri dan 40% dengan bantuan luar negeri pada tahun 2030.
Alba Community Forest sebuah gagasan bisnis sosial (social enterprise) yang bergerak di bidang produksi barang dan jasa dalam sektor kehutanan rakyat, hadir dalam upaya membantu dan meringankan beban negara menyelesaiakan permasalahan tersebut terutama dalam permasalah pengangguran, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan emisi GRK. Dengan produk bernama  Zero Carbon Smart Case yang merupakan salah satu produk inovasi pemanfaatan limbah kayu dan limbah plastik, produk ini akan mampu membuka lapangan kerja mencapai 320 lapangan kerja (40 lapangan kerja produksi barang, dan 290 lapangan kerja pengelolaan hutan), menggalang dana penanaman modal pada sektor pemberdayaan hutan rakyat mencapai  5,13 milyar rupiah, berpotensi sebagai penghasil kayu sebanyak 9.832 m3/tahun, dan penyerapan emisi CO2 mencapai  907,5 Ton/tahun dengan total serapan emisi mencapai 6.148,3  Ton pada tahun 2030.

Sebagai salah satu produk barang, Zero Carbon Smart Case juga dianalisis secara finansial untuk menunjukan bahwa produk ini layak untuk diusahakan sebagai proyek pengusahaan barang dan jasa. Analisis kelayakan berupa analisis NPV, B/C ratio, dan IRR sebagai parameter dalam analisis kelayakan investasi. Dari hasil analisis menunjukan bahwa produk ini Layak dijalankan dengan dana investasi sebesar Rp. 75.420.000,- (Tujuh Puluh Lima Juta Empat Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah). Pada tingkat suku bunga 20%, nilai NPV-nya sebesar Rp. 538.401.775,- (lima ratus tiga puluh delapan juta empat ratus seribu tujuh ratus tujuh puluh lima rupiah) dengan B/C ratio sebesar 1,712 dan IRR sebesar 84,90%. Analisis sensitifitas usaha juga dilakukan dan menunjukan bahwa usaha tetap layak dijalankan ketika ada kenaikan biaya operasional sebesar 10% dan juga jika ada penurunan pendapatan sebesar 10%.

Zero Carbon Smart Case adalah produk yang terbuat dari limbah kayu hasil olahan maupun limbah-limbah konsumsi rumah tangga dan limbah plastik yang didaur ulang menjadi produk casing hand phone. Zero CSC akan dipasarkan dengan tawaran empat skema yaitu umum, donasi, Loan (peminjaman modal), dan Investasi (untuk pembangunan hutan rakyat). Segmentasi pasar terdiri dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari pejabat, pengusaha, pelajar dan masyarakat umum. Target pemasarannya di tahun pertama akan di fokuskan pada kota-kota besar di Indonesia, dan kemudian dikembangkan ke segmen pasar internasional.

Rencana pengembangan perusahaan secara umum terdiri dari : (1) Pengembangan produk kreatif (Kayu dan Non Kayu); (2) Pengembangan luas pengelolaan hutan dan pertanian; (3) Perluasan jaringan dengan banyak stake holder; (4) Perluasan jaringan kerja sama dengan banyak perusahaan diantaranya adalah perusahaan industri kayu, dan (5) Perluasan usaha dalam sektor jasa lingkungan dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan industri umum (sebagai emitor GRK). Pengembangan usaha akan dimulai pada tahun ke tiga perusahaan berjalan. Dengan rencana pengembangan ini diharapkan tercapainya visi dan misi ALBA Community Forests sebagai perusahaan sosial yang mengusahakan bidang kehutanan dan hasil hutan di sektor hutan rakyat dan pertanian. Selain itu juga diharapkan akan mampu memberi pemberdayaan masyarakat desa, membuka lapangan kerja lebih banyak, dan mengurangi beban negara dalam mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan.


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan Iklim Global
Selama bertahun-tahun manusia telah terus menerus melepaskan karbondioksida ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi dan minyak bumi. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya selimut alami dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi juga dapat mematikan. 

Menurut data Badan Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan mening-kat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius antara tahun 2020 hingga 2050.

Akibat pemanasan global ini yaitu mencair-nya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar. 

Nasional Geographic Indonesia (2013) menyebutkan setidaknya ada enam dampak perubahan iklim pada kehidupan sehari-hari diantaranya adalah :
1. Harga pangan meningkat
2. Siklus kehidupan yang tidak sehat
3. Rusaknya infrastruktur akibat banyak bencana
4. Berkurangnya sumber air
5. Meningkatnya penyakit pernafasan
6. Bencana hidrologi (badai & cuaca ekstrim)

Jika dibiarkan, dampak dari perubahan iklim ini akan merugikan banyak pihak dan berbagai sektor termasuk sektor kehutanan dan pertanian yang pada akhir-nya dirasakan oleh masyarakat petani kecil. Sehingga perubahan ilkim ini menjadi masalah serius yang tidak dapat diabaikan.

Saat ini Indonesia saat ini menjadi salah satu negara emitor GRK terbesar di Dunia. Kurniatun Khairi dalam jurnal World Agroforestry (2008:4) menyebutkan Indonesia menempati urutan ke tiga dalam tujuh besar negara emitor karbon terbesar dunia, yaitu sebesar 3.014 Mega Ton CO2 setelah USA dan China.

Kajian Invetarisasi emisi GRK sektor energi oleh Kementerian Sumberdaya Energi dan Mineral (2013) menyebutkan bahwa Indikator emisi dapat dirangkum menjadi tiga, yaitu emisi per penduduk, emisi per PDB dan emisi per energi. Untuk skenario BAU (Bussiness as Usual), emisi per penduduk masih cenderung meningkat dari 1,78 ton CO2/kapita pada tahun 2012 menjadi 4,5 ton CO2/kapita pada tahun 2025. Emisi per PDB relatif tetap dari 0,17 ton CO2/juta Rp. Pada tahun 2012 menjadi 0,18 ton CO2/juta Rp. pada tahun 2025. Emisi per energi ada kecenderungan menurun dari 0,39 ton CO2/SBM pada tahun 2012 menjadi 0,37 ton CO2/SBM pada tahun 2025. 

Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah bersama yang harus diperangi. Dalam kehidupan dan pembangunan ekonomi suatu negara, pengangguran sering menghambat investasi, menurunkan pendapatan nasional, dan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

Jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2015 mencapai 7,4 juta jiwa. Tingkat pendidikan yang menempati posisi tertinggi adalah pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (9,05%), kemudian tingkat SMA(8,17%), urutan ketiga tingkat pendidikan Diploma I/II/III (7,49%), SMP (7,14%), dan Tingkat pendidikan universitas mencapai 5,35% (BPS dalam Berita Statistik : Keadaan Ketenaga-kerjaan, Mei 2015). 

Masalah penggangguran ini akan memberikan dampak negatif berupa meningkatnya angka kriminalitas, kelesuan bidang usaha, pertumbuhan ekonomi menurun, produktivitas perusahaan menurun, banyak orang yang mengalami gangguan jiwa atau strees (Xplorejob.co, 2015).

Kemiskinan (28 Juta Rakyat Miskin)
Permasalahan kemiskinan berkorelasi positif dengan adanya masalah perubahan iklim dan masalah pengangguran. Kemiskinan juga perlu dilawan dan diperangi secara bersama-sama.

BPS menyebutkan pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 Juta orang. Terdiri dari 10,65 juta penduduk kota dan 17,94 juta penduduk desa. Mereka hanya memiliki penghasilan sebesar Rp. 330.766,- per bulan per kapita atau berpenghasilan Rp. 11.025,- per hari (masih di bawah 1 USD).

Jumlah penduduk miskin paling banyak ada di Jawa mencapai 15,45 Juta Jiwa terdiri dari penduduk miskin kota 7,13 juta jiwa dan penduduk desa sebanyak 8,32 juta jiwa. Oleh karena nya sangat dibutuhkan kontribusi dari berbagai pihak dalam mengentaskan masalah kemiskinan ini. 

MEA  dan Pemberdayaan Masyarakat Desa 
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) / AEC (Asean Economic Community) 2015 adalah proyek yang telah lama disiapkan seluruh anggota ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dan membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat.

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yaitu industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil.

Namun masih banyak pihak yang mengatakan Indonesia belum siap menghadapi MEA. Hal ini didasarkan pada data tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia. Data Badan Pusat Statistik, per Februari 2015 tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia masih didominasi pendidikan SD ke bawah, yakni sebesar 54,61 juta orang atau 45,19 persen. Tingkat menengah pertama 21,47 juta orang atau sebesar 17,77 persen, menegah atas 19,81 juta orang, kejuruan 11,80 juta. Sedangkan yang berpendidikan diploma dan universitas masing-masing sebesar 3,14 juta dan 10,02 juta orang.

Untuk mengantisipasi kesiapan masyarakat terutama masyarakat desa dalam menghadapi MEA diperlukan suatu konsep pendampingan untuk melakukukan pemberdayaan. Pemberdayaan masya-rakat merupakan strategi pembangunan. Dalam perspektif pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial. 

Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari lingkungannya (payne, 1997: 266 dalam buku “modern social work theory”). Sementara itu ife (1995: 182 dalam buku “community development: creating community alternatives-vision, analysis and practice”) memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. 

Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan.

Dari berbagai terori diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat terutama desa sangat penting dilakukan untuk mampu bersaing dengan masyarakat negera-negara lain ASEAN. 

Prinsip Ekologis
Sumbangan hutan rakyat dalam menopang lingkungan lokal dimana hutan rakyat itu berada tidak diragukan lagi. Beberapa studi, survey menunjukkan bagaimana hutan rakyat berkontribusi dalam memperbaiki lingkungan yang semula kritis dan tandus kini menjadi kawasan yang hijau dan subur. Edi Suprapto (2010:6) dalam Hutan Rakyat : Aspek Produksi, Ekologi dan Kelebagaan (jurnal Arupa.or.id) menyebutkan bahwa terhindarnya pulau jawa dari bencana ekologi seperti banjir dan kekeringan bukan karena keberhasilan pengelolaan hutan Negara tetapi justru karena kearifan masyarakat membangun hutan rakyat dilahan miliknya.

Pembangunan Hutan yang berkelanjutan akan memberikan sumbangan manfaat kepada lingkungan oleh karenanya perlu suatu konsep pengelolaan hutan rakyat agar tetap ada dan berkelanjutan (lestari). Konsep ini sering dikenal dengan istilah Sustainable Forest Management (SFM).


1.2 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan didirikannya perusahaan ini yaitu: 

  1. Berperan aktif dalam bidang mengelola bisnis dan kewirausahaan berbasis social-preneur dalam sektor Hutan Rakyat. 
  2. Memfasilitasi masyarakat dan perusahaan atau pemerintah dalam mengelola dana-dana sosial yang diperuntukan pada sektor konservasi dan lingkungan hidup.
  3. Memberdayakan masyarakat desa melalui program hutan rakyat, edukasi, dan kewirausahaan sebagai wadah dalam melakukan pengembangan potensi diri dan sumberdaya alam. 
  4. Membentuk komunitas sebagai wadah pemberdayaan generasi muda dalam bidang lingkungan, pendidikan, dan wirausaha, dan
  5. Mendapatkan keuntungan atau laba yang akan di salurkan untuk kegiatan sosial lingkungan dan kehutanan rakyat serta pertanian terpadu. 

1.3 Visi, Misi, Nilai

Visi :Manjadi grup Hutan Rakyat terbesar se Indonesia yang berwawasan lingkungan dan memegang prinsip-prinsip kelestarian melalui Community Based Forest Enterprise (CBFE).

Misi : 
  1. Berpegang teguh pada keilmuan dan pengetahuan agar masyarakat paham tentang kelestarian,
  2. Memberdayakan masyarakat melalui Community Based Forest Enterprise (CBFE) dengan menghasilkan produk-produk nyata yang dapat memberi manfaat langsung maupun tidak langsung,
  3. Merangkul semua stakeholder dalam rangka membangun pengelolaan hutan rakyat berkelanjutan,
  4. Membangun komunitas-komunitas anak muda yang berwawasan lingkungan dengan aktivitas nyata yang fokus pada aksi-aksi penyelamatan lingkungan, edukasi, dan kreatifitas.
  5. Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang makna pembangunan dan investasi kehutanan serta aktivitas penyelamatan lingkungan berasaskan pada kehidupan yang berkelanjutan. 
Nilai: "O YES!"
Optimis
Bersikap optimis bahwa pada setiap permasalahan akan ditemukan jalan keluar.
Optimis terhadap setiap peluang yang ada akan mampu di dapatkan.

Social Entrepreneur Muda
Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang menjadi modal investasi untuk pembangunan masa depan bangsa.

Pendidikan
Melalui Edukasi kita akan mampu menggapai kemajuan berfikir.

Tanggung jawab sosial
Manusia memiliki tanggung jawab untuk membantu sesama dalam menghadapi permasalahan hidup (ketakutan, penderitaan, kemiskinan) 

Motto: "Mulailah untuk hidup cerdas Anda" 


1.4 Tentang Hutan Komunitas ALBA

Hutan Komunitas ALBA
ALBA adalah singkatan kata dari Aksi Lingkungan Berbasis Agrosilvopastural, yang artinya sebuah aksi penyelamatan lingkungan dengan pengembangan sektor kehutanan dan pertanian yang terintegrasi. Agrosilvo-pastural adalah sebuah sistem pengelolaan hutan yang mengkombinasikan antara tanaman kayu keras, tanaman pertanian, dan peternakan yang akan saling berhubungan membentuk rantai pemenuhan nutrisi dan sumber makanan. Selain itu nama ALBA juga dikenal sebagai salah satu nama komoditas kehutanan, yaitu tanaman sengon (Albasia atau Alba).

Perkembangan Alba CF
Muncul Ide : Juli 2015
Mulai Pengerjaan : September 2015
Pencarian Investor : November 2015 - Maret 2016
Pelaksanaan : -
Status legal : Belum Legal
Website : www.alba-forestry.org

Pendiri
Nama : Rahmat supri Anggono, S.Hut
Alamat : Jalan Branti Raya No. 10 Kelurahan Beji Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, Jawa Tengah (50519)
Email : rahmadsa46@gmail.com
No Telp : +62 812 988 335 78 / +62 896 0810 7877

Tim Alba 
Tim Alba CF terdiri dari dua tim, yaitu tim utama dan tim penunjang. Tim utama adalah pengelola utama yang masuk dalam struktur keoraganisasian perusahaan yang terdiri dari CEO dan para Leader (Leader Operasional; Finance dan marketing; Admin dan Human Resources; dan Leader Komunitas). 

Sedangkan tim penunjang atau pendukung adalah tim yang direkrut berdasarkan program kerja dari masing-masing divisi yang di dipimpin oleh para leader. Tim ini bermacam-macam, mulai dari Tim untuk pengembagan Forestry dan Produksi, Tim Marketing dan IT, dan tim pengembangan Komunitas.

Jumlah anggota dalam tim penunjang disesuaikan dengan kebutuhan serta open rekrutmen nya berdasarkan pada program proyek yang akan di lakukan. Sedangkan tim utama berjumlah tetap sabanyak lima orang dan hanya berubah ketika ada perubahan struktur keoragisasian.

Tim Utama
Leader Operasional
Nama :
Alamat :
email :
No Telp :

Pemasaran pemimpin Keuangan Dan
Nama :
Alamat :
email :
No Telp :

Pemimpin Admin Dan Sumber Daya Manusia
Nama :
Alamat :
email :
No Telp :

Leader Komunitas
Nama :
Alamat :
email :
No Telp :

Perspektif Masa Depan Usaha
Hutan Rakyat atau Community Forests merupakan model pengelolaan hutan masa depan mengingat pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan lahan pertanian dan garapan yang semakin tinggi pada akhirnya hutan alam terutama hutan produksi akan semakin habis terbagi kepemilikannya. 

Oleh karenanya Alba Community Forest melihat potensi yang besar sebagai pioner pengelola hutan berbasia hutan rakyat di masa sekarang dan masa depan. Keyakinan tersebut muncul dari adanya pengalaman perusahaan Sodra  (www.sodra.com) yang ada di Swedia yang menjadi salah satu perusahaan pengelola hutan komunitas dengan member 51.000 pemilik hutan dan menjadi salah satu penghasil pulp terbesar di dunia dengan produksi 1,9 juta ton pertahun, juga penghasil sumber energi alternatif biofuel sebesar 4,3 Tera Watt pertahun. 

Selain itu juga melihat keberhasilan PT Vasham Kosa Sejahtera (website : www.vasham. co.id) yang merupakan social enter-prise berhasil membantu pendanaan petani jagung di lampung dengan total petani yang terbantu sebanya 1.708 petani dan total pinjaman modal tersalurkan 34,7 milyar rupiah. Maka tidak menutup kemungkinan bagi Alba dapat berkembang seperti perusahaan-perusahaan tersebut dengan bergerak di bidang Hutan Rakyat mulai dari Pulau Jawa saat ini dan nanti. 







PROGRAM RENCANA

" Di sini kita berbicara tentang pembangunan ekonomi, tentang investasi
miliaran dolar di berbagai program, dan aku bisa melihat itu bukan miliaran dolar orang dibutuhkan segera. "

~ Prof. Muhammad Yunus

2.1 Pendanaan

ALBA Community Forests (ALBA CF) sedang menggalang pendanaan untuk pembangunan hutan rakyat yang ditargetkan pada Pulau Jawa. Dalam kegiatan penggalangan pendanaan (modal) ini, ALBA CF berinisiatif untuk menghasilkan suatu produk nyata yang langsung dapat dinikmati oleh konsumen. Produk yang menjadi pengembangan awal adalah casing handphone smart phone yang dihasilkan dari pengolahan limbah kayu baik kayu industri maupun limbah kayu konsumsi rumah tangga. Selain kayu, bahan tambahan dari produk ini adalah bahan dari hasil pengolahan limbah plastik dari jenis polyethilen terephtalat (PETE), High Density Poly Ethilen (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), Low Density Poly Ethilen (LDPE), polypropilen (PP) yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 


2.2 Skema Program pada Penjualan Produk

Produk Zero Carbon Smart Case menerapkan empat skema program dalam pemasarannya. Skema tersebut diantaranya : Skema Umum, Donasi, Loans, dan Investasi.

Skema Umum 
Adalah penjualan produk dengan harga normal sesuai harga persaingan produk sejenis lainnya. Penentuan harga pada skema umum hanya didasarkan pada biaya produksi dan persaingan. Namun pada skema tersebut tetap dianggarkan penanaman pohon sebanyak 10 pohon yang dianggarkan dari sebagian profit penjualan produk.

Skema Donasi 
Adalah  skema umum yang ditambahkan dengan unsur donasi dengan nilai yang sudah ditetapkan. Pada skema ini konsumen mendapat No ID produk sebagai kode pelacak donasi yang telah diberikan, untuk siapa, untuk apa, dan status pengelolaan donasinya tersebut.

Pinjaman skema
Adalah   skema umum  penjualan produk casing dengan adanya tambahan harga dan tambahan tersebut ternilai sebagai peminjaman modal penanaman dan pengusahaan hutan oleh petani. Konsumen skema loans juga akan mendapatkan no ID sebagai pelacak pinjamannya tersebut seperti pada skema donasi. Tetapi perbedaan nya, pada skema ini, konsumen akan memiliki akun pada database (on-line) ALBA CF. Akun tersebut berisi tentang porfil diri, jumlah/nilai peminjamannya, dan status pinjaman saat ini, serta kapan pinjaman tersebut dapat diambil atau ditarik. Pada skema ini, konsumen dapat menarik pinjaman dana dalam waktu yang sudah ditetap kan oleh ALBA CF, yaitu minimal 5 tahun (pada waktu periode panen). 

Skema Investasi
Pada skema ini sama dengan skema donasi, tetapi bedanya adalah, konsumen berstatus sebagai investor pada kontribusi nya, dengan arti bahwa modal investasinya (kontribusi) dapat berkembang sesuai masa investasinya. Konsumen mendapat pembagian hasil keuntungan dari pengusahaan hutan rakyat sebesar 25% dari nilai modal/investasinya per lima tahun. Perkembangan modal investasinya sama dengan konsep bunga pada perbankan. Kontribusi yang diinvestasikan dapat di carikan per lima tahun sekali.




2.3 Program Pemberdayaan

Pemberdayaan Produksi
Pelaksana produksi aktif akan direkrut dari kalangan pemuda pengangguran yang terdapat di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten dan Kota Semarang. Kualifikasinya adalah usia 18 s/d 30 tahun. Sedangkan untuk penyedia bahan baku baik bahan baku kayu maupun bahan baku limbah plastik tidak ada batasan usia selama bersedia bekerja sama dengan perusahaan sosial ini.

Pemberdayaan Penjualan
Pada penjualan produk juga akan dilakukan pemberdayaan pada strategi personal selling. Pemberdayaan ini menargetkan kalangan mahasiswa dan pelajar, ibu-ibu rumah tangga, dan semua orang yang berminat untuk bekerja free-lance dalam memasarkan dan menjual produk Zero CSC ini.

Pemberdayaan Kontribusi
Dana-dana dari hasil skema kontribusi akan dikelola pada sektor kehutanan rakyat dengan sasaran daerah Kabupaten seluruh Jawa Tengah yang berpotensi untuk diadakan kerja sama produksi kayu kehutanan dan pertanian serta peternakan terpadu. Kegiatan pemberdayaan akan difokuskan pada desa-desa terutama desa tertinggal yang memiliki potensi pengembangan. 

Tim Forestry dari ALBA CF akan terlebih dahulu melakukan overview untuk melihat potensi pengembangan tersebut, kemudian akan dipetakan berdasarkan geolokasi dan potensi. 




2.4 DBMS dan Aplikasi WebGIS

Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Pembangunan database atau basis data terdiri dari dua macam data base, yaitu database Lahan dan petani, dan database kontributor. Database ini akan menjadi modal perencanaan produksi hutan dan skema peminjaman modal (Loans) dan Investasi yang akan koneksikan secara on-line melalui aplikasi Website dan Geography Infomation System (GIS).

Aplikasi Website dan GIS
Penerapan teknologi Website dan GIS pada program ini adalah untuk memudahkan open rekrutmen petani dan lahan, juga rekrutmen para kontributor. Aplikasi ini akan menjadi media yang berfungsi sebagai wadah untuk mempertemukan antara kontributor dan petani yang mendapatkan kontribusinya. Jadi para kontributor akan tahu siapa yang dia bantu dan sejauh mana perkembangan dari bantuannya tersebut melalui penerapan aplikasi on-line ini.






2.5 Identifikasi Peluang Umum

Identifikasi Peluang umum adalah identifikasi pada peluang-peluang yang akan di peroleh oleh pengusahaan ALBA CF secara umum dari berbagai macam program kerja yang akan dilaksanakan pada periode pengusahaan sebagai badan usaha yang mengelola sektor Kehutanan dan Pertanian.
Lahan Tidak Produktif
Saat ini di Indonesia terdapat 6,7 juta hektar lahan tidur atau lahan tidak produktif (Lampung Pos, Juni 2013) sedangkan khusus untuk jawa tengah terdapat setidaknya 261.526 ha lahan kritis yang belum terkelola (Dephut, 2013). Padahal jika dikelola dengan sektor kehutanan, setidaknya lahan tersebut berpotensi menghasilkan kayu 20-40 m3/tahun atau 250 m3/ lima tahun satu periode panen (BP2SDM – Dephut, 2015). Selain itu juga dapat memberikan kontribusi positif pada lingkungan baik dalam konservasi tanah dan air, juga berkontirbusi pada penyerapan emisi karbon dalam waktu produktif.

Defisit Kebutuhan Bahan Baku Kayu Industri
Kebutuhan bahan baku kayu nasional saat ini mencapai 60 juta m3/tahun hingga 72 juta m3/tahun. Namun suplai dari hasil Hutan Alam, Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dan Hutan Tanaman Industry (HTI) hanya mencapai 38 juta m3/tahun. Sehingga terjadi defisit suplai bahan baku kayu sebesar 22 juta m3/tahun – 34 juta m3/tahun. Eyes on the forests meyebutkan bahwa di tahun 2013 sektor HTI (Hutan Tanaman Industri) masih kekurangan pasokan bahan baku 46 juta m3. FORDA dalam jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Tahun 2008 menyebutkan defisit bahan baku kayu Indonesia mencapai 49,74 juta m3. Sedangkan untuk Propinsi Jawa tengah, berdasarkan laporan Dephut jawa tengah tahun 2013, menyebutkan untuk industri kayu masih kekurangan 300.000 m3 bahan baku kayu per tahun. 

Potensi Hutan Rakyat
Berdasarkan data Kementerian Kehutanan 2013, dari kebutuhan kayu nasional 49 juta m3, pasokan dari hutan rakyat mencapai 23 juta m3 atau mencapai 46%. Setidaknya luas hutan rakyat di Jawa sudah mencapai 2,7 juta hektare dengan memiliki potensi tegakan mencapai 78,7 juta m3. Namun, disisi belum banyak penerapan pengelolaan hutan rakyat secara lestari baik dari segi hasil maupun segi lingkungan. Selain itu, model pengelolaan yang belum terkoordinir masih membuka celah bagi para tengkulak untuk mengambil keuntungan yang cenderung merugikan pihak petani. Alba Community Forests ingin membantu petani dalam melakukan model pengelolaan yang terkoordinir dengan baik agar petani dapat menerima manfaat sesuai dengan yang seharusnya.

Dana Corporate Social Responbility (CSR) 
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembesi, potensi dana dari tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mencapai Rp 12 triliun per tahun. Sayangnya, pengelolaan dana CSR itu hingga saat ini belum berjalan secara maksimal (politikindonesia.com, 2015). 

Ini menjadi potensi yang dapat dijadikan modal untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pengembangan usaha di bidang hutan tanaman (hutan rakyat), pertanian, dan peternakan. Alba CF ingin mengambil andil kontribusi atau membantu memberdayakan masyarakat dengan sistem pengelolaan yang baik dan lestari. 

Karena pada kenyataannya masih banyak kejanggalan yang terjadi dalam pengelolaan dana bantuan dan tidak tepat sasaran, serta informasi tentang bantuan yang sering dirahasiakan kepada warga (petani). Seperti dana bantuan yang disalurkan berupa wujud fisik dengan tidak mempertimbangkan apa yang dibutuhkan masyarakat. Akibatnya banyak masyarakat bingung, dan seringkali bantuan dalam bentuk fisik akhirnya justru mangkrak (tidak bermanfaat).

Kesadaran Lingkungan
Dampak perubahan iklim dunia telah nyata dirasakan oleh seluruh penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia. Perubahan iklim sangat berkorelasi dengan adanya kerusakan lingkungan dan pelepasan emisi CO2. Kerusakan lingkungan secara langsung memberikan dampak berupa bencana alam, misal banjir yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia yang setiap tahun nya menelan korban jiwa dan menyebabkan banyak kerugian materi. Sedangkan pelepasan CO2 ke udara bebas dengan jumlah yang sudah berlebih dan terus naik menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global yang dampaknya terjadi perubahan iklim global, ditandai dengan naiknya muka air laut dan cuaca yang tidak menentu. Dampak ini secara langsung dirasakan oleh kalangan petani dalam dunia agraria, kehutanan, dan kelautan.

Banyaknya pihak yang terus menyuarakan isu pemanasan global dan perubahan iklim, semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya tindakan atau aksi untuk perbaikan lingkungan di tambah lagi oleh komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi sebesar 29% pada tahun 2030. Hal ini tentu akan memunculkan kebijakan-kebijakan politik dalam mengatur konsumsi-konsumsi energi penyebab emisi. Selain itu, juga memunculkan banyak tindakan-tindakan penghijauan yang akan dilakukan sebagai program kerja untuk mencapai target tersebut. 
Ketertarikan Investasi
Masyarakat yang tertarik dalam investasi kehutanan semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan-perusahaan jasa penanaman modal pada sektor investasi tanaman kehutanan dan perkebunan yang makin menjamur baik yang legal secara badan usaha maupun yang belum legal. 

Perusahaan-perusahaan tersebut diantara-nya adalah 
1. PT Harfam Jaya Makmur (investasi hutan Jati)
2. PT Asa Forestry (investasi Jabon dan Sengon)
3. PT Global Agro Bisnis /I-GIST (investasi Jabon)
4. CV Sinar Sengon Sejahtera (penanaman Sengon)
5. dan masih banyak lagi lainnya.




2.6 Identifikasi Peluang Khusus

Identifikasi Peluang khusus adalah identifikasi pada peluang-peluang yang akan di peroleh ALBA CF dalam mengusahakan produk Zero Carbon Smart Case dan akan menjadi dasar dalam melakukan prediksi atau ramalan (Forcasting) permintaan dan produksi barang.



Pengguna Smartphone 
Jumlah pengguna smartphone di dunia pada tahun 2014 mancapai 1,5 miliyar pengguna, pada tahun 2015 sudah mencapai 1,8 milyar pengguna dan diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2019 mencapai 2,6 milyar pengguna smartphone di dunia (Statista, 2015).

Banyaknya pengguna smartphone di dunia menunjukan prospek pasar yang sangat besar dalam usaha produksi aksesoris smartphone salah satunya adalah Hard-casing. Banyaknya pengguna smart-phone akan terus dibarengi dengan banyaknya kebutuhan aksesoris pada smartphone.

Jumlah pengguna smartphone di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 55 juta pengguna dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 92 juta pengguna pada tahun 2019. Seperti data yang dilansir oleh emarketer, September 2015, Indonesia menempati urutan ke tiga terbesar se Asia-pasifik pengguna smartphone-nya. Hal ini jelas menjadi potensi bisnis tersendiri pada sektor produksi asesoris-asesoris smartphone baik untuk memenuhi permintaan Indonesia, maupun manca negara.

Melihat dari hasil survei yang dilakukan oleh prusahaan Nielsen dari tahun 2005-2010, menunjukan bahwa pengguna mobile phone paling banyak pada usia 15 s/d 50 tahun, artinya para pengguna berada dalam usia produktif. Hal ini menjadi potensi bisnis untuk penerapan konsep investasi atau tabungan pada skema program yang akan disematkan pada produk Zero Carbon Smart Case.



Masih Minim Produk unik
Produk casing smartphone memang banyak diproduksi dengan berbagai macam model dan bahan. Tetapi produk casing yang terbuat dari bahan kayu dengan ciri khas asli kayu belum banyak yang memproduksi terlebih produk yang memiliki nilai sosial dan ramah lingkungan. Produk unik dengan ciri khas ini sedang banyak dicari oleh para konsumen. Desain produk yang anti-mainstream dan unik akan memiliki nilai artistik dengan penghargaan yang lebih tinggi.
Dengan sebuah ide bisnis socialpreneur, munculah sebuah gagasan untuk membuat produk casing smartphone yang ramah lingkungan dan memiliki nilai social-charity. Produk ini ramah lingkungan karena bahan untuk pembuatannya terdiri dari limbah kayu dan limbah plastik. Nilai social charity akan dikonsep dengan kontribusi pengguna terhadap lingkungan dan bantuan-bantuan sosial baik berupa donasi, pinjaman, maupun investasi untuk membantu pengembangan ekonomi masyarakat kelas bawah.
Nilai ramah lingkungan, selain didapat dari asal-usul bahan baku produk juga akan didapatkan dari nilai kontribusi yang diarahkan kepada pem-bangunan hutan dan penanaman pohon. Kontribusi ini pada akhirnya akan memperbaiki lingkungan dengan adanya penanaman pohon akan menyerap emisi karbon dioksia dan memperbaiki struktur hidrologi.

Konsep kontribusi yang digagas diharapkan akan memberi efek domino positif, mulai dari membantu perekonomian masyarakat kelas bawah sampai pada perbaikan lingkungan dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dunia.




ANALISIS DAN STRATEGI PASAR

3.1 STP (Segmentation, Targeting, Positioning)

STP merupakan langkah untuk menjelaskan di area mana sebuah bisnis akan dijalankan, siapa saja orang-orang yang menjadi sasaran penjualan, serta image atau karakter seperti apa yang ingin didapatkan dari para konsumen yang berkenaan dengan bisnis tersebut.

segmentasi
Produk yang akan dijual adalah produk kerajinan limbah kayu berupa hardcase smartphone. Sasaran pengguna produk ini adalah semua pengguna smartphone dari vendor yang sudah dipilih dalam bisnis ini adalah verdor Samsung, Apple, LG, Huawei, Xiaomi, Sony, dan Asus. 

Penentuan segmentasi pasar pada produk ini terdiri dari tiga dasar, yaitu segmentasi geografis, demografis, dan psikologis. Tabel 2. akan memudahkan pemahaman tentang segmentasi pasar yang akan dibidik

penargetan
Dari segmentasi pasar yang sudah ditentukan, ternyata market share produk ini begitu luas. Maka produk “Zero Carbon Smart Case” ini akan di pasarkan ke kota-kota besar di Indonesia dengan penentuan lokasi target pada tahun pertama adalah Jabodetabek, Bandung, Jogja, Semarang, Surabaya dan Bali. Dari ke enam lokasi tersebut, produk akan didistribusikan melalui reseller yang adala dimasing-masing lokasi.

Selain target lokasi distribusi melalui reseller, juga akan dilakukan pejualan melalui toko online (Alba Shop) dengan target konsumen yang lebih luas tidak hanya di Indonesia, tetapi juga Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika. 

Positioning
Pandangan konsumen terhadap hardcase smartphone ini adalah suatu produk yang memiliki nilai kontribusi lingkungan dan bantuan sosial untuk pemberdayaan masyarakat desa. Pengguna produk ini adalah orang-orang yang peduli terhadap penyelamatan lingkungan hidup dan memiliki kepedulian sosial.

Dengan membeli atau menggunakan produk ini, pengguna secara otomatis juga menanam 10 pohon yang akan menyerap emisi CO2 yang dia keluarkan. Selain itu, mereka juga akan membantu memberi pinjaman modal untuk pembangunan dan pengusahaan hutan rakyat oleh para petani baik berupa pinjaman lunak ataupun investasi. 

3.2 Strategi pasar 4P (product, place, hadiah, promosi)

Setelah produk ditentukan, maka perlunya mengidentifikasikan secara spesifik mengenai penjelasan produk seperti apa yang akan dijual, berapa harga yang ditawarkan, dimana tempat atau lokasi usaha, serta bagaimana pemasaran dilakukan. Semua terangkum dalam 4P sebagai berikut :

Produk
Sebuah produk harus memiliki merek sebagai identitas pengenal bagi konsumen. Selain itu dengan merek yang dimiliki dapat membantu dalam hal pemasaran produk. Brand atau merek yang akan disematkan pada produk casing smartphone ini adalah “Zero Carbon Smart Case”. Secara detail jenis-jenis produk diklasifikasikan pada masing-masing brand verdor smartphone, diantaranya sebagai berikut :
1. Zero Carbon Smart Samsung
2. Apel nol karbon
3. Zero Carbon Cerdas Kasus (Untuk vendor lainnya)

Pengemasan
Selain penamaan produk, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita menciptakan sebuah kemasan yang menarik dan terlihat meyakinkan bagi pelanggan. Sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli, karena biasanya perilaku konsumen dalam pembelian produk khususnya makanan atau minuman adalah utuk pertama kalinya dilihat melalui penilaian estetika atau keindahan. Pengemasan produk ini menggunakan dus box dengan dilengkapi manual book.



Promosi
Promosi adalah metode yang digunakan untuk menginformasikan dan mendidik khalayak target yang dipilih tentang organisasi dan produk-produknya. Produk Zero Carbon Smart Case tersebut akan dipasarkan ke beberapa kota diantaranya Jabodetabek, bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali melalui reseller pada masing-masing kota tersebut, selain itu produk juga dipasarkan secara online, melalui toko online ALBA CF SHOP dan juga pada situs-situs jual beli online, baik yang ada di Indonesia (dalam negeri), maupun di luar negeri. Karena jangkauan produk ini cukup luas, maka strategi promosi yang dilakukan pun juga harus menjangkau khalayak yang lebih luas juga. Beberapa strategi promosi yang akan dilakukan, diantaranya,

Penjualan pribadi
Personal selling dilakukan melalui sosial media (facebook, instagram, twitter, path) dengan memberi penawaran kepada konsumen yang masuk dalam segmentasi pasar. Selain itu juga penawaran melalui situs-situs jual-beli online.

Daftar alamat
Penawaran produk melalui pengiriman pesan baik dari Phone Message, maupun dari pengiriman email personal kepada para calon konsumen sesuai segmen pasar yang sudah ditentukan.

Advertising/iklan
Media yang dipilih untuk pengiklanan produk ini, diantaranya adalah
- Media cetak : koran dan majalah,
- Radio (Green Radio, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali)
- Internet Media: Iklan Youtube, Facebook, Instagram, google.

Stiker
Pembuatan stiker dan kemudian dibagikan secara gratis pada kendaraan yang ada di wilayah terget.

Pameran
Mengikuti secara aktif pada acara-acara pameran yang diadakan oleh kementerian lingkungan hidup, atau inven-inven lingkungan yang ada.  

Place
Penentuan lokasi pada proses usaha ini dibedakan menjadi tiga berdasarkan tahap pegusahaan,
1. Sumber Bahan Baku
Sumber bahan baku diadakan dari pengumpulan kayu bekas dari meuble di semarang, jepara, pati, dan boyolali

2. Proses Produksi
Untuk tempat produksi (bengkel) di posisikan di kabupaten Semarang, Ungaran

3. Pemasaran
Pemasaran diutamakan pada lima kota (Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dab Bali)


Prize
Harga yang ditawarkan terdiri dari empat macam harga, yaitu harga normal produk, harga donasi, harga loan, dan harga investasi. Rincian mengenai harga untuk setiap produk dan setiap paket dapat dilihat pada tabel 3.  Dengan paket harga di atas, diharapkan semua masyarakat dapat memilih sesuai kemampuan ekonomi dalam membeli produk ini.


Tabel Harga Produk
No
Jenis Produk
Paket
Harga
Nilai Kontribusi
1
Zero Carbon Smart Samsung
Normal
Rp. 58.000
10 Pohon
Donasi
Rp. 115.000

Loan
Rp. 130.000
Rp. 180.000

Investasi
Rp. 200.000
Rp. 300.000

2
Apple Zero Carbon
Normal
Rp. 92.000
10 Pohon
Donasi
Rp. 150.000

Loan
Rp. 180.000
Rp. 200.000

Investasi
Rp. 220.000
Rp. 350.000

3
Zero Carbon Smart Case (for other vendor)
Normal
Rp. 53.000
10 Pohon
Donasi
Rp. 100.000

Loan
Rp. 120.000

Investasi
Rp. 180.000


Gambar Strategi Pemasaran

3.3 Persaing Produk

Beberapa perusahaan yang sudah ada dengan produk sejenis akan mempengaruhi tingkat persaingan. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya adalah Carved (USA), Wood Chuck (USA),  TOAST (USA), Castify (USA), Kayu Koya (Bandung), Batik Geek (Bandung). Perusahaan-perusahaan ini memiliki bermacam-macam segmen pasar, yaitu segmen lokal, regional, dan internasional. Perusahaan dari USA memiliki segmen internasional, sedangkan Kayu Koya dan Batik Geek masih berskala lokal dan regional.

Tabel 4. Perbandingan produk
Pembanding
Carved, Woodchuk, Toast, Castify
Kayu Koya, Batik Geek
Zero Carbon Smart Case
Segmen Pasar
Asia dan Amerika
Indonesia
Indonesia, Asia, Timur Tengah, Amerika
Kualitas (skala 4)
3
2
-
Harga rata-rata
US$ 30
Rp 150.000
US$ 12
Differensisi Produk
Casing I phone 4,5,6
I pad, Power Bank
Casing I phone, Samsung, Other
Casing I phone, Samsung, Other
Program Sosial
-
-
Program Zero Carbon (planting 10 trees)
Donasi, Loans, Investasi








Gambar Pesaing Produk



3.4 Analisis SWOT


Pada analisa SWOT yang dilakukan lebih berfokus pada produk casing smartphone dengan mengangkat brand “Zero Carbon”. Berikut adalah hasil analisa berdasarkan kekuatan, Kelemahan, peluang dan ancaman selama proses bisnis berlangsung:

SWOT
Zero Carbon Smart Case
Strenght (Kekuatan)
Weakness (Kelemahan)
Harga yang ditawarkan relatif masih terjangkau dan memiliki variasi harga sesuai minat konsumen
Produk masih belum banyak dikenal
Mengangkat isu pengurangan emisi karbon
Standar kualitas produk yang masih belum teruji dan belum bersertifikat
Berkontribusi pada perbaikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dengan pembangungan hutan rakyat
Sistem aplikasi website yang belum selesai dibuat
Produk merupakan hasil kreatifitas yang memiliki nilai seni yang tinggi
Belum mempunyai portofolio yang dapat meningkatkan posisi tawar
Opportunity (Peluang/kesempatan)
Strategi S-O
Strategi W-O
Pengguna smartphone yang semakin bertambah banyak dibarengi dengan kemampuan finansial yang tinggi
Mengembangkan produk-produk dengan ragam yang lebih variatif
Melakukan promosi secara menyeluruh dan efektif, serta edukasi pasar
Jumlah anak muda atau pemuda yang cukup banyak dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi yang beragam
Perekrutan dalam komunitas dan melalukan pemberdayaan anak-anak muda
Melakukan manajemen komunitas dengan cara yang lebih menarik
Ketersediaan lahan kritis dan lahan tidur yang cukup luas, jumlah hutan rakyat yang terus bertambah
Melakukan overview dan inventarisasi lahan-lahan potensial, membangung database petani pemiliki hutan rakyat
Membangun database melalui aplikasi rekrutmen online yang lebih mudah.
Membantu program pemerintah dalam rangka penurunan emisi nasional sebesar 29% pada tahun 2030
Menjalin kerjasama dan aktif ikut terlibat pada program-program pemerintah
Membangun kepercayaan kepada masyarakat dan stakeholder terkait
Threat (Ancaman)
Strategi S-T
Strategi W-T
Sudah ada produk sejenis yang diproduksi cukup banyak dari USA dan Bandung
Melakukan promosi dengan gencar dengan mengangkat opini sosial-lingkungan
Melakukan sertifikasi kualitas produk
Berpotensi menimbulkan persinggungan dengan organisasi atau LSM yang bergerak di bidang kehutanan rakyat
Menjalin hubungan baik dan mengajak berkerjasama dalam menjalankan program pemberdayaan
Tidak melakukan tindakan yang dapat diklem sebagai tindakan penyerobotan
Bersinggungan dengan produsen yang sudah menjalankan produk dengan program sejenis
Melakukan inovasi pada program yang dapat menjadi pembeda
Menawarkan kerjasama program


Governance Statement


4.1 Legalitas Usaha

Perseroan Terbatas (PT) atau perseroan menurut UU No 40 tahun 2007 tentang persoran terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Modal dasar perseroan paling sedikit adalah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan wajib disetor penuh sedikitnya 25% dari modal dasar (pasal 32 dan 33).

Legalitas usaha ini dibutuhkan oleh Alba CF untuk menjadi sebuah badan usaha resmi dan diakui serta memilki posisi tawar. Hal ini diperlukan demi untuk memperlancar urusan produksi dan penjualan, serta menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain. 

Dikarenakan perkiraan modal dasar usaha ini di bawah Rp 500 juta, maka usaha ini termasuk ke dalam modal kecil. Berdasarkan referesi Penggunaan jasa notaris (tamasolusi.com) untuk legalitas perusahaan ini membutuhkan biaya sebesar Rp. 10.500.000,- 

Tabel 5. Biaya Legalitas
NO
URAIAN
MODAL DISETOR
BIAYA JASA KONSULTAN
LAMA HARI KERJA
1
MODAL KECIL
Rp. 51 juta s/d Rp. 500 juta
Rp. 10.500.000
35 Hari
2
MODAL MENENGAH
Rp. 500 juta s/d Rp. 10 Miliyar
Rp. 14.500.000
25 hari
3
MODAL BESAR
Lebih dari Rp. 10 Milyar
RP. 16.500.000
25 hari
Sumber : Tamasolusi.com


4.2 Pajak Pendapatan

Dalam menjalankan sebuah bisnis, adanya suatu kewajiban untuk membayar pajak pendapatan. Ketentuan untuk membayar pajak ini didasarkan atas berapa banyak pendapatan di dalam perusahaan. Berikut ini adalah ketentuan untuk pembayaran pajak menurut :
  • UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
  • UU. No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dan
  • Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Ada tiga klasifikasi tarif pajak menurut bersarnya penghasilan, 
  1. Ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan usaha yang penghasilan brutonya berbeda-beda. Pertama adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (peredaran brutonya) di bawah Rp4.8 Miliar.
  2. Kedua adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto atau (peredaran brutonya) di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar.
  3. Ketiga adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (gross income-nya) lebih dari Rp50 Miliar.
Jadi, ada tiga macam tarif pajak; besarnya tergantung dari berapa besar 'gross income' badan usaha Anda. Bila peredaran bruto atau 'gross income' usaha di bawah Rp4.8 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 1 persen (1 %) dari Peredaran Bruto. Bila 'gross income' di atas Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar, tarif pajaknya adalah {0.25 - (0.6 Miliar/Gross Income)} dikali Penghasilan Kena Pajak (PKP). Bila 'gross income' di atas Rp50 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 25% dari Penghasilan Kena Pajak. 

Tabel 6. Tarif Pajak Berdasarkan Penghasilan Perusahaan
Penghasilan Kotor (Peredaran Bruto) (Rp)
Tarif Pajak
Kurang dari Rp4.8 Miliar
1% x Penghasilan Kotor
(Peredaran Bruto)
Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar
{0.25 - (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x PKP
Lebih dari Rp50 Miliar
25% x PKP
Sumber : http://www.putra-putri-indonesia.com/

Dalam perlakuan pada arus kas, akan di gunakan pajak sebesar 10% dan 30% sebagai antisipasi batas aman untuk nilai pajak tertinggi.

4.3 Kebijakan Pemerintah 

Pemerintah juga memiliki andil dan mempengaruhi sebuah bisnis yang akan didirikan. Termasuk dalam usaha pembuatan produk zero carbon ini. 

1. Peraturan Presiden RI Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Peraturan ini menyebutkan bahwa RAN-GRK meliputi bidang : (a) Pertanian; (b) Kehutanan dan lahan gambut; (c) Energi dan Transportasi; (d) Industri; (e) Pengelolaan Limbah; dan (f) Kegiatan Pendukung lain. Pada kebijakan ini, sektor/bidang yang berpengaruh pada usaha ini adalah bidang: (1) Kehutanan dan lahan gambut; dan (2) Energi dan transportasi.
(1) Sektor/bidang kehutanan mempunyai target penurunan emisi sebesar 26% (0,672 Giga ton) dan 41% (1,039 Giga ton) CO2e, dengan salah satu rencana aksi nya adalah pengembangan perhutanan sosial dengan kegiatan : (a) terfasilitasinya penetapan areal kerja pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm)/Hutan Desa (HD) seluas 2.500.000 ha; (b) Terfasilitasinya pembentukan kemitraan usaha dalam hutan rakyat seluas 250.000 ha. Selain itu juga aksi peningkatan usaha hutan tanaman dengan terlaksananya pencadangan hutan tanaman industri dan hutan tanaman rakyat (HTI/HTR) seluas 3 juta ha.
(2) Sektor/bidang Energi dan transportasi memiliki target penurunan emisi 26% sebesar 0,038 Giga ton CO2e dan 41% sebesar 0,056 Giga ton CO2e, dengan aksi Reklamasi lahan pasca tambang, yakni dengan penanaman pohon seluas 72.500 ha.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2013 yang merupakan perubahan dari PP no 1 tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu.  Peraturan ini memberi fasilitas berupa pajak penghasilan kepada perusahaan-perusahaan yang bersedia menanamkan modal untuk usaha-usaha tertentu. Pajak penghasilan yang diberikan berupa pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang dibebankan selama 6 tahun (5% pertahun). Misal : PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100 milyar berupa pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan dan mesin. Terhadap PT ABC dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5% x Rp 100 milyar = Rp Rp 5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai sejak tahun pemberian fasilitas. Beberapa bidang usaha yang masuk dalam kategori dalam peraturan ini adalah bidang usaha Pengusahaan Hutan Jati, Pinus, Mahoni, Sonokeling, Albasia/sengon, cendana, akasia, ekaliptus, dan pengusahaan hutan lainnya dengan luasan masing-masing minimal 5.000 hektar. Peraturan ini memberikan potensi bahwa sektor pembangunan hutan rakyat ALBA Community Forests memiliki potensi penanaman modal yang tinggi sehingga potensi untuk tumbuh dan berkembangnya pun juga tinggi.

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 Tentang aturan ekspor produk industri kehutanan. Peraturan tersebu tentang larangan ekspor log, dan produk kayu gergajian. Yang boleh diekpor adalah bentuk barang konsumsi atau kerajinan.



ANALISIS PRODUKSI

5.1 Bahan Baku dan Bahan Tambahan

Bahan Baku Kayu
Bahan kayu merupakan bahan utama dalam pembuatan casing smart phone ini. Kayu yang digunakan adalah kayu-kayu bekas pengolahan industri mebel atau penggergajian dan kayu konsumsi rumah tangga seperti papan bekas pengecoran, kayu-kayu yang tidak terpakai dan kayu bekas penggunaan lainnya. Persyaratan jenis kayu adalah kayu yang memiliki densitas lebih dari 0,4 atau tergolong kayu keras misal kayu jenis Jati, Mahoni, Meranti, Merbau, Ulin, dan lain sebagainya. Harga pembelian dari masyarakat bervariasi berkisar Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- per meter kubik tergantung jenis kayu.

Daerah yang menjadi target pencarian bahan baku kayu diantaranya adalah Kabutapaten Semarang, Boyolali, dan Jepara untuk pencarian kayu limbah industri mebel dan penggergajian kayu. Sedangkan untuk limbah konsumsi rumah tangga akan diprioritaskan ke desa-desa di kabupaten semarang (208 desa). 

Cara pengumpulan bahan baku ini adalah dengan cara memberdayakan komunitas Alba untuk mencari dan mengadakan bahan baku kayu dengan menyebarkan anggota ke desa-desa target. 

Bahan Baku Plastic Case
Bahan baku plastik merupakan bahan tambahan dari produk casing yang akan dihasilkan. Bahan limbah plastik yang dimaksud adalah limbah plastik dari jenis polyethilen terephtalat (PETE), High Density Poly Ethilen (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), Low Density Poly Ethilen (LDPE), polypropilen (PP) yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti kemasan botol plastik (minuman, shampoo, minyak goreng, dll), kantong plastik (kresek), plastik kemasan makanan (food wrap), dan lain-lain. Harga pembelian bahan limbah plastik tersebut berkisar Rp 1000,- s/d Rp. 5.000,- per kilogram, tergantung jenis plastiknya.

Cara pengumpulannya melalui pemulung, bekerja sama dengan komunitas (dapat membuat bank plastik, dan lain sebagainya).


Limbah Kayu


Bahan Pendukung Lainnya
Selain bahan baku kayu dan plastik, dalam produksi casing tersebut juga dibutuhkan bahan-bahan pendukung seperti bahan pewarna plastik, lem, vernis (untuk pewarna kayu), dan bahan lainnya.

5.2 Alat Produksi

Peralatan dan perlengkapan untuk proses produksi casing ini berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu alat produksi pengolahan kayu dan alat produksi pengolahan plastik.


Mesin dan Alat Pengolah Kayu

Peralatan dan mesin yang dibutuhkan untuk mengolah limbah kayu, diantaranya berupa Alat penghalus permukaan berupa mesin serut/pasah kayu; alat pemotong (mesing gergaji) yang dibedakan menjadi pemotong sederhana (digunakan mesin circular saw) dan pemotong/pembelah detail (berupa Bandsaw 14 inchi dan Jigsaw); selain itu juga ada alat penghalus permukaan berupa mesin amplas dan alat untuk painting (pengecatan). Tabel 7 menunjukan detail alat yang dibutuhkan dan kegunaan (fungsi) nya.
Tabel 7. Alat Pengolahan Kayu
No
Nama Mesin
Spesifikasi
Kegunaan (Fungsi)
1
Mesin Serut Modern M2900
580 Watt, lebar 82 mm, kedalaman 10 mm, kecepatan 16000 rpm
Penghalus permukaan kayu bahan baku
2
Circular Saw Bosch GKS66X
1100 Watt, lebar potong 65 mm, 5200 rpm
Pemotongan pertama bahan baku
3
Bandsaw  Oscar MJ 343B (14”)
1 hp(220v/1 ph), blade tebal 0,6 mm, tinggi 160 mm,
Pembelahan bahan kayu
4
Bosch Jigsaw GST6SE
580 Watt, potongan 80 mm, 3100 rpm
Pembentukan pola casing
5
Bosch GEX125-1AE
250 Watt, berat 1,3 Kg, eksentris 1,25 mm, 7500 – 12000 rpm
Penghalus/pengamplasan sebelum di warnai/lapisan
6
Electric engraving Merk Krisbow
20 Watt
Pengukir nomor seri/kode
7
Compressor painting OSAKA Paint Spray Guns
230 volt, 50 Hz
Pengecatan/pelapisan dengan vernis

Tabel 8. Alat Pengolahan Plastik
No
Nama Alat
Spesifikasi
Kegunaan (Fungsi)
1
Blender
-
Pencacah limbah plastik
2
Dandang Aluminium
-
Wadah cacahan plastik
3
Alat Rakitan (besi Tabung dan piston)
-
Untuk melelehkan plastik
4
Kompor
-
Pemanas
5
Cetakan dari prototipe
-
Wadah mencetak kerangka dari lelehan plastik


Mesin dan Alat Pengolah Plastik

Mesin pengolahan limbah plastik dibedakan menjadi tiga fungsi, yaitu pencacah, pelebur, dan pencetak. Penggunaan mesin-mesin pengolah limbah plastik direncakan menggunakan peralatan sederhana yang mudah diterapkan oleh siapapun. Peralatan pencacah bahan plasik menggunakan blender listrik untuk menggasilkan butir-butir atau cacahan plastik, sedangkan peleburanya atau pelelehannya menggunakan oven, wadah aluminium, dan kompor. Pencetakan digunakan dengan alat pencetak yang akan didesain sendiri sesuai prototipe pada masing-masing produk smart phone.





Pengolahan Limbah Plastik
Pengolahan limbah sampah plastik dimulai dari proses pembersihan sampah dari kotoran dan bahan-bahan lain yang tidak dibutuhkan, kemudian pencucian dan pencacahan dengan alat blender. Setelah menjadi cacahan atau butir plastik yang halus, dicuci kembali untuk menghilangkan bakteri dan bahan kimia lainnya, setelah bersih di keringkan dengan dijemur atau dengan kering udara lingkungan.





5.4 Gand Chart

No
Kegiatan
Q1 16
Q2 16
Q3 16
Q4 16
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
A
Persiapan













1
Pencarian Investor













2
Pencarian Lokasi/gudang













3
Pembelian Mesin dan Alat













4
Instalasi Peralatan dan mesin













5
Open Rekrutmen Pekerja













6
Sosialisasi












B
Pra Produksi













1
Pengumpulan Bahan Baku













2
Pelatihan produksi













3
Uji Coba Produksi




























C
Produksi













1
Produksi 60% (1600 unit)













2
Produksi 30% (800 unit)













3
Produksi 10% (300 unit)




























D
Distribusi













Lokasi













1
Jabodetabek













2
Bandung













3
Yogyakarta













4
Semarang













5
Surabaya













Online SHOP












E
Marketing













1
Advertising













a.
Youtube













b.
Facebook













c.
Instagram













d.
Radio













e.
Koran













f.
Stiker













g.
Pameran













2
Selling













a.
Personal Selling













b.
Jual-beli online free













OLX













Buka Lapak













Tokopedia













Telunjuk







































3
ALBA On-line SHOP
















ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA


6.1 Rencana Organisasi dan SDM 

Untuk struktur organisasi di dalam perusahaan yang menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut :
Bagan di atas merupakan struktur organisasi ALBA Community Forests. Dengan pembagian tugas sebagai berikut ini :

  • CEO (Chief Excutive Officer) : Sebagai pemimpin sekaligus penanggung jawab seluruh aktivitas Alba Community Forests baik kepada masyarakat, investor, stakeholder, maupun pemerintah.
  • Leader Operasional : Memiliki tugas semua kegiatan operasional yang terdiri dari dua divisi, divisi produksi dan forestry. Divisi Produksi adalah divisi yang bertugas untuk menghasilkan produk-produk barang dari hasil pengolahan kayu dan kerajinan. Divisi forestry adalah divisi yang bertugas untuk mengelola pengusahaan hutan rakyat.
  • Leader Financial dan Marketing : bertanggung jawab dan bertugas mengelola keuangan perusahaan dan mencari pemasukan baik dari penjualan maupun dari fundraising. 
  • Leader Admin dan Human Resources : Mengelola dan mengatur administrasi perusahaan serta pengembangan sumberdaya manusia perusahaan.
  • Leader Komunitas : Bertugas mengelola komunitas sebagai wadah pemberdayaan generasi muda.


6.2 Pihak yang Terlibat dalam Implementasi

Masyarakat (Pemuda, Petani/kelompok tani)
Masyarakat menjadi target pemberdayaan. Pemberdayaan terdiri dari pemberdayaan produksi, penjualan, dan pengelolaan kontribusi. (1) Pemberdayaan produksi meliputi pemberdayaan pemenuhan bahan baku (masyarakat desa, dan pemulung), dan pemberdayaan produksi barang (pemuda pengangguran); (2) pemberdayaan penjualan (pemuda pengangguran, mahasiswa, dll) melalui organisasi komunitas; (3) pemberdayaan pengelolaan kontribusi (masyarakat desa) untuk mengelola hutan rakyat.

Pemerintah dan Stake holder (Pemda, KemenHL, LSM, Perusahan, dll )
Pemerintah dan stakeholder menjadi lembaga mitra dalam mengelola kontribusi, yakni berupa pemberian izin untuk pengelolaan hutan rakyat dan sebagai mitra tenaga ahli dalam bidang hutan rakyat, serta sebagai pihak pendukung (baik dukungan berupa modal, dan dukungan bentuk lain).

Otoritas Jasa Keungan (OJK)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat untuk mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Karena salah satu skema pada produk Zero CSC merupakan salah satu jenis produk jasa pengelelolaan keungan yaitu investasi, maka perlu mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai perusahaan legal dan aman mengelola investasi untuk hutan rakyat.


BUSSINESS FORECASTING

“80% of businesses fail because of cash flow problems. Make sure yours isn't one of them”
Forecasting (peramalan) adalah peramalan atau perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi dan merupakan aktivitas fungsi bisnis yang memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Peramalan merupakan dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis. Peramalan menggunakan teknik-teknik peramalan yang bersifat formal maupun informal (Gaspersz, 1998).

Pada peramalan bisnis start-up ini, dilakukan dengan analisis data pengguna smart phone untuk memprediksi permintaan dan rencana produksi serta komponen-komponen biaya yang dibutuhkan

7.1 Kapasitas Produksi

Dasar dalam penentuan jumlah produksi adalah data jumlah pengguna smartphone pada bab analisis potensi. Kuantitas yang akan diproduksi pada tahun pertama adalah sebanyak 2.280 unit atau setara dengan 0,003% dari total pengguna Smart Phone di Indonesia tahun 2015 (55,4 juta pengguna). Kemudian akan ditingkatkan pada tahun kedua menjadi 4.650 unit atau meningkat 100% dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi dengan asumsi adanya peningkatan trend pasar pada produk karena produk sudah mulai dikenal dipasaran. Selain itu, penerapan strategi promosi yang dilakukan di tahun pertama juga menjadi penyebab kenaikan tersebut. 

Kenaikan drastis terjadi pada tahun ke empat dan ke enam (tahun 2019 dan 2021) disebabkan adanya pengembangan produk yang lebih luas dan membidik hampir semua vendor smart phone, selain itu juga asumsi adanya dukungan dari pemerintah dan lembaga-lembaga lain dengan dasar trend target penurunan emisi tahun 2020 dan 2030 yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Selain itu, adanya kepercayaan konsumen pada skema pengelolaan kontribusi berupa (Loans dan investasi) yang telah diprogramkan oleh ALBA CF pada produk Zero Carbon Smart Case tersebut. Kemudian menurutn di tahun 2022-2024 dengan asumsi penyebabnya adalah stok pengguna yang berlebih. 



Tabel 9. Ramalan Permintaan Produk
Tahun
Pengguna Smart Phone Indonesia (unit)
Ramalan Permintaan (unit)


Samsung
Apple
Other
Total User
Samsung
Apple
Other
Total
Nilai
Naik
2015
17.838.800
1.966.700
11.080.000
55.400.000






2016
20.994.400
2.314.600
16.300.000
65.200.000
1.200
720
360
2.280
0,003%

2017
24.117.800
2.658.950
20.972.000
74.900.000
2.400
1.440
720
4.560
0,006%
100,00%
2018
26.887.000
2.964.250
25.050.000
83.500.000
3.600
2.400
1.200
7.200
0,009%
57,89%
2019
29.624.000
3.266.000
29.440.000
92.000.000
7.200
3.600
7.200
18.000
0,020%
150,00%
2020
33.166.000
3.656.500
36.050.000
103.000.000
4.000
4.320
8.400
16.720
0,016%
-7,11%
2021



105.000.000
7.200
7.200
14.400
28.800
0,027%
72,25%
2022



110.000.000
7.200
7.200
14.400
28.800
0,026%
0,00%
2023



115.000.000
7.800
7.200
10.800
25.800
0,022%
-10,42%
2024



120.000.000
7.440
4.320
8.400
20.160
0,017%
-21,86%
2025



125.000.000
7.200
3.600
10.800
21.600
0,017%
7,14%
Total
55.240
42.000
76.680
173.920
0,139%

Ket: Data yang diolah bersumber dari  Trendforce.com, 2015; Counterpoint, 2015


7.2 Baseline

Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi ekonomi menjadi faktor utama yang sangat mempengaruhi semua komponen pembiayaan baik berupa biaya tetap maupun biaya variabel. Dalam peramalan bisnis ini selama perode waktu 10 tahun, akan digunakan tingkat inflasi yang berbeda-beda setiap tahun-nya. Dasar acuan dalam pembuatan tingkat inflasi tersebut adalah data dari Bank Indonesia, yang menyebutkan bahwa rata-rata tingkat inflasi ekonomi Indonesia dalam periode April 2014 s/d Oktober 2015 adalah sebesar 6,35 % dengan tingkat terendah 3,99% dan tertinggi 8,36%.

Tabel 10. Ramalan Inflasi
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
Tingkat inflasi
6,35%
8,00%
7,50%
9,00%
8,50%
8,50%
7,80%
7,80%
7,80%
7,20%
7,00%



Biaya tetap
Perencanaan pembiayaan yang akan menjadi komponen biaya tetap (Fix cost) adalah penyusutan nilai aset investasi yang terdiri dari Investasi peralatan kantor, investasi peralatan operasional, investasi peralatan penunjang, dan investasi modal usaha. Penyusutan-penyusutan tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh umur pakai ekonomis nya. Ramalan penyusutan semua aset tersebut sesuai analisis finansial adalah seberas Rp. 1.042.778,- per bulan atau sebesar  Rp. 12.513.333,- per tahun.

Biaya variabel
Komponen dalam perencanaan biaya variabel terdiri dari biaya Gaji pimpinan dan staff, biaya operasional, dan biaya produksi. Besarnya biaya Gaji dan operasional hanya dipengaruhi oleh tingkat inflasi setiap tahun dan cenderung naik setiap tahun nya. Sedangkan biaya produksi dipengaruhi oleh rencana kapasitas produksi dan tingkat inflasi.



Pendapatan (Revenue)
Proyeksi pendapatan yang dimaksud adalah semua pendapatan baik pendapatan dari penjualan produk maupun pendapatan dari peminjaman modal usaha. Berdasarkan perencanaan produksi dan peminjaman modal usaha, pada tahun pertama (2016) diproyeksikan mendapat pemasukan sebesar Rp 318,78 juta yang berasal dari penjualan produk sebanyak 2.280 unit dan pinjaman modal usaha sebesar Rp. 50 juta. Kemudian terus naik linier sampai dengan tahun ke tiga. Kenaikan drastis terjadi di tahun ke empat dan ke enam, hal ini sesuai dengan peramalan permintaan produk yang sudah dibahas pada sub bab kapasitas prdouksi sebelumnya, begitu juga dengan penurunan pendapatan yang terjadi semua berhubungan dengan peramalan permintaan pasar yang ada.

Skema harga produk sangat mempengaruhi sedikit banyaknya pendapatan. Setiap skema harga memiliki kontribusi yang berbeda-beda dan tidak selalu berbading lurus dengan kuantitas produk.

Selain skema harga, pendapatan juga dipengaruhi oleh jenis produk yang terjual, karena setiap jenis produk memiliki harga yang berbeda-beda. Produk casing Apple memiliki harga yang lebih tinggi dari produk casing samsung, kemudian samsung lebih tinggi dari pada verdor lainnya. Sehingga akan didapatkan kontribusi masing-masing produk pada proyeksi pendapatan usaha.
Selain itu, komposisi dari jenis produk yang dijual dari masing-masing produk vendor juga akan mempengaruhi pendapatan. Dalam peramalan komposisi produk yang dilakukan adalah paket umum sebanyak 40%, kemudian donasi 30%, Loans 20%, dan Investasi 10%. Untuk peket Loans dan Investasi sesuai skema harga yang memiliki dua macam kotribusi masing-masing 5% dan 15% untuk Loans, 3% dan 7% untuk investasi.


Implikasi dari komposisi produksi adalah besarnya kontribusi dari masing-masing produk vendor pada pendapatan, jika dilihat dari kedua bagan di atas, produk di vendor samsung memiliki kontribusi tertinggi sampai pada tahun ke empat, hal ini dikarenakan komposisi produk tersebut juga tinggi dalam kuantitas produksi pada periode tersebut. Kemudian kontibutor pada other vendor mulai naik pada tahun ke lima, hal ini juga sama, karena terjadi kenaikan komposisi produk dari total kuantitas produksi pada periode tersebut.

Sedangkan untuk produk vendor Apple tidak begitu signifikan antara komposisi produk dengan kontribusi yang dihasilkan, hal ini dikarenakan produk pada vendor Apple memiliki tingkat harga yang lebih tinggi dari harga produk pada vendor lainnya.


Keuntungan (Gross margin) dan (Operating profit margin)

Hal yang paling penting dalam perencanaan bisnis atau usaha adalah keuntungan yang dihasilkan. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang dihasilkan, akan semakin menarik rencana bisnis tersebut. Namun berbeda dalam suatu usaha sosial (Social Enterprise). Pertimbangan menarik tidaknya, tidak dapat dinilai dari sudut pandang profit semata, melainkan juga pertimbangan aspek sosial, kontribusi lingkungan, dan manfaat dari efek domino yang dihasilkan.

Keuntungan yang didapatkan dari kegiatan pengusahaan produk ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu keuntungan total kegiatan dan keuntungan bersih kegiatan. Yang dimaksud keuntungan total adalah keuntungan yang dihasilkan dari pendapatan yang sudah dikurangi oleh biaya operasional dan kewajiban-kewajiban usaha (pajak, premi produksi, dll). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan total dikurangi oleh kewajiban penanaman modal (pembangunan hutan rakyat) yang terdiri dari penanaman 10 pohon per produk, dan pengelolaan dana donasi, loans, dan investasi.  Dengan kata lain keuntungan ini adalah keuntungan murni bisnis

Komponen Harga pada produk
Harga penjualan yang ditetapkan berdasarkan akumulasi dari biaya produksi per-unit, biaya operasional per tahun, dan besarnya kontribusi yang diskemakan pada produk tersebut.  Dalam harga produk tersebut terdapat empat komponen yaitu komponen harga bahan baku, biaya operasional, kontribusi, dan profit usaha. Komponen tertinggi dalam harga produk adalah komponen biaya operasional, yaitu sebesar 30% sedangkan profit yang diambil hanya 0,5% dari harga produk namun masih terdapat komponen manfaat berupa profit sosial, yaitu kontribusi pada lingkungan dan penanaman modal usaha hutan rakyat sebesar 27,78% dari setiap harga produk.

Suku Bunga
Tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis finansial usaha adalah sebesar 20%. Tingkat diskonto ini lebih tinggi dari rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank-bank pemberi pinjaman modal. Berikut adalah data tingkat suku bunga pinjaman dari beberapa bank.

Tabel 11. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
Nama Bank
Suku Bunga Dasar Kredit (%)
Kredit
Kredit
Kredit
Kredit Konsumsi
Korporasi
Ritel
Mikro
KPR
Non KPR
PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk
10,50
12,25
19,25
11,00
12,50
PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk
10,75
11,50
19,25
10,25
12,50
PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk
10,25
11,50
-  
10,25
8,63
PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), Tbk
10,75
12,00
 -  
11,00
12,75
PT BANK CIMB NIAGA, Tbk
11,50
12,25
19,75
11,50
11,75
PT BANK PERMATA, Tbk
11,75
12,50
-  
12,00
12,25
PT PAN INDONESIA BANK, Tbk
12,00
12,11
20,44
12,58
12,58
PT BANK DANAMON INDONESIA, Tbk
12,30
13,00
20,55
12,25
17,50
PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk
11,50
12,25
18,75
11,50
12,00
PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk
11,00
12,00
18,30
10,75
11,50
Rata-rata
11,23
12,14
19,47
11,31
12,40
Sumber : www.bi.go.id (september 2015)



ANALISIS EKONOMI

8.1 Analisis Finansial

Ruang lingkup analisis ekonomi meliputi proyeksi biaya, proyeksi pendapatan finansial, proyeksi laba rugi dan proyeksi arus kas. Analisis ekonomi dimaksudkan untuk memberikan gambaran apakah usaha yang akan dijalankan ditinjau dari kepentingan investor menguntungkan atau tidak. Dalam hal ini, investasi dianggap layak apabila mampu memberikan harapan keuntungan return of investment dalam waktu yang telah ditentukan dan dalam tahapan selanjutnya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai norma-norma perusahaan yang sehat dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang berarti pada keuntungan-keuntungan finansial, sosial dan lingkungan.

Dari hasil perhitungan analisis finansial selama periode kerja 10 tahun, tingkat kelayakan usaha produksi Zero Carbon Smart Case oleh Alba Community Forests dapat diketahui dengan tolok ukur Net Present Value, BC Ratio, dan IRR. Berdasarkan hasil analisis seperti yang tercantum didalam lampiran 5. diperoleh indikator kelayakan finansial seperti yang terlihat pada tabel 9.1.

Berdasarkan tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pengusahaan sosial enterprise produk Zero CSC layak untuk dilaksanakan (feasible). Pada tingkat diskonto 20% per tahun, NPV yang diperoleh sebesar Rp. 538.401.775,-. Sedangakan IRR (internal Rate of Return) sebesar 84,90 % yang artinya usaha tersebut akan mendapat nilai NPV = 0, pada tingkat diskonto sebesar 84,90%.

B/C rasio pada analisis produk ini terdiri dari dua macam , yakni  B/C rasio total dan B/C rasio murni atau bersih. B/C rasion total dihitung berdasarkan total benefit yang didapat selama proses pengusahaan yakni pendapatan bruto dari harga ke empat skema penjualan produk, yaitu umum, donasi, loans, dan investasi. Sedangkan B/C rasio murni (bersih) adalah benefit murni yang didapat dari hasil penjualan yang sudah dikurangkan oleh faktor skema, artinya benefit yang didapat adalah benefit dalam perhitungan murni bisnis (tidak ada faktor bisnis sosial-nya).

Pada tingkat diskonto 20%, B/C rasio total memiliki nilai 1,712 artinya dalam setiap pengeluaran Rp. 1,- akan menghasilkan Rp. 1,712,-. Sedangkan B/C murni memiliki nilai   1,093 yang artinya dalam setiap pengeluaran Rp. 1  akan menghasilkan Rp. 1,093,-. Kedua nilai B/C lebih dari 0, hal ini menyatakan bahwa investasi pengusahaan produk tersebut adalah LAYAK untuk dijalankan.

Tabel 12.  Hasil Analisis Kelayakan Finansial Produksi Zero CSC
No
Kriteria Investasi
Tingkat Diskonto
i = 8%
i = 14%
i = 18%
i = 20%
i = 50%
1
NPV
Rp 1.039.695.097
Rp 742.086.763
Rp 598.252.577
Rp 538.401.775
Rp 117.618.073
2
B/C Total
1,713
1,716
1,714
1,712
1,627
3
B/C Bersih
1,096
1,096
1,094
1,093
1,061
4
IRR
84,90%
Keterangan : Proses Analisis dapat dilihat pada Lampiran

Tabel 13. Analisis Kepekaan atau Sensitifitas Usaha
Biaya
Pendapatan

NPV
B/C
IRR
Tetap
Tetap

Rp 538.401.775
1,712
84,90%
Naik 5 %
Tetap

Rp 434.208.843
1,633
79,17%
Naik 10 %
Tetap

Rp 330.015.911
1,560
77,05%
Tetap
Turun 5 %

Rp 358.219.978
1,627
77,88%
Tetap
Turun 10 %

Rp 178.038.180
1,541
71,24%


Dalam analisis finansial, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian dalam usaha. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap ketelitian dan ketepatan hasil analisis yang dilakukan (Analisis Laba-Rugi dan Analisis Cash Flow). Faktor-faktor yang dimaksud adalah perubahan pada upah tenaga kerja, laku atau tidaknya produk, harga bahan baku, tarif listrik, kenaikan suku cadang mesin dan biaya lainnya yang akan berpengaruh terhadap (1) Naiknya biaya operasional dan (2) Turunya pendapatan perusahaan akibat turunya jumlah penjualan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kepekaan kegiatan pengusahaan pada tabel Analisis Kepekaan atau Sensitifitas Usaha di atas.

Berdasarkan hasil analisis kepekaan dapat diketahui ketika terjadi kenaikan biaya sebesar 5-10% terjadi penurunan nilai NPV, B/C, dan IRR. Tetapi penurunan tersebut masih membuat usaha dapat dinilai layak untuk dijalankan. Nilai NPV terkecil yaitu sebesar Rp. 178.038.180,- terjadi ketika ada penurunan pendapatan sebesar 10%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi kenaikan biaya operasional sampai dengan 10% dan pendapatan tetap atau ketika terjadi penurunan pendapatan sampai dengan 10% dengan biaya tetap, usaha produk tersebut masih layak untuk dijalankan.

8.2 Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan relatif murah jika dibandingkan dengan benefit (maanfaat) yang dihasilkan. Kebutuhan dana investasi awal pada perusahaan ini adalah sebesar “Rp. 75.420.000,-“ (tujuh puluh lima juta empat ratus dua puluh ribu rupiah). Biaya tersebut dibayarkan pada tahun ke nol dan tidak termasuk biaya operasional perusahaan selama satu tahun pertama. Biaya operasional merupakan biaya variabel yang dihitung dalam aliran kas dan didapatkan dari peminjaan modal usaha pada lembaga keuangan (Bank). Selanjutnya komponen dari biaya investasi akan dijelaskan sebagai berikut.

Investasi Perencanaan Induk
Biaya perencanaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan perencanaan terdiri dari penyusunan proposal, penyusunan dokumen legalitas, penyusunan riset pasar dan market intelejen, penyusunan Rencana Kerja Umum (RKU), Rencana Kerja Tahunan (RKT), pemetaan wilayah kerja dan tata batas. Dalam perlakuan akuntansinya biaya perencanaan ini diamaortasi sesuai dengan jangka waktu efektifnya. Namun pada perencanaan usaha produk ini yang dibutuhkan minimal adalah biaya untuk legalitas usaha, yaitu pembuatan akta notaris, TDP, SIUP, dan NPWP. Pembuatan dokumen legalitas tersebut menggunakan jasa konsultan dengan tarip per paket adalah sebesar Rp. 10.500.000,- (Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah).

Investasi Peralatan Kantor
Biaya investasi peralatan kantor dibutuhkan demi menunjang kelancaran administrasi perusahaan. Biaya minimum yang dibutuhkan untuk pengadaan peralatan   kantor adalah sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) terdiri dari biaya pembelian meja dan peralatan tulis.

Investasi Peralatan Operasional
Investasi peralatan operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan alat-alat kerja untuk menunjang operasional baik kantor, di gudang atau bengkel maupun di lapangan. Biaya ini dikeluarkan untuk pengadaan mesin-mesin produksi baik untuk pengolahan kayu maupun pengolahan limbah plastik. Biaya minimum yang dibutuhkan untuk investasi peralatan operasional ini adalah sebesar Rp. 25.400.000,- (dua puluh lima juta empat ratus ribu rupiah).

Investasi Peralatan Penunjang
Komponen biaya pengadaan peralatan penunjang ini terdiri dari biaya instalasi listrik, telepon dan internet, serta biaya up-grade website ALBA Community Forests. Total minimum biaya yang dibutuhkan untuk peralatan penunjang ini adalah Rp. 9.520.000,- (sembilan juta lima ratus dua puluh ribu rupiah).

Tabel 14. Biaya Investasi Usaha
No
Deskripsi
Jumlah (unit)
Satuan
Harga per Unit (Rp)
Umur Pakai (Tahun)
Total Biaya (Rp)
1.1 Investasi Perencanaan Induk
1
Izin dan Legalitas Usaha
1
Paket
Rp 10.500.000
Rp 10.500.000
SubTotal
Rp10.500.000
1.2 Investasi Peralatan Kantor
1
Meja Kerja
3
Paket
 Rp   1.500.000
5
Rp 4.500.000
2
Peralatan tulis
1
Paket
 Rp      500.000
5
Rp 500.000
SubTotal
Rp 5.000.000
1.3 Investasi Peralatan Operasional
Administrasi & Planning
1
 Komputer IT dan Grafis
1
unit
 Rp   4.500.000
10
Rp 4.500.000
2
Printer grafis
1
unit
 Rp   1.500.000
1
Rp 1.500.000
3
Printer Biasa
1
unit
 Rp      700.000
1
Rp 700.000
Mesin Kayu
1
Mesin Serut/Ketam Modern M2900
2
unit
 Rp      350.000
1
Rp 700.000
2
Circular Saw Bosch GKS66X
1
unit
 Rp   2.700.000
3
Rp 2.700.000
3
Bandsaw  Oscar MJ 343B (14”)
1
unit
 Rp   7.500.000
5
Rp 7.500.000
4
Bosch Jigsaw GST6SE
1
unit
 Rp   1.500.000
5
Rp 1.500.000
5
Bosch GEX125-1AE (Amplas)
1
unit
 Rp   1.700.000
3
Rp 1.700.000
6
Electric engraving Merk Krisbow
1
unit
 Rp      350.000
1
 Rp 350.000
7
Compressor painting OSAKA Paint Spray Guns
1
set
 Rp   1.550.000
5
 Rp 1.550.000
Alat Pengolah Limbah Plastik
1
Kompor GAS dan Tungku
1
set
 Rp      750.000
3
 Rp 750.000
2
Oven
1
unit
 Rp      350.000
3
 Rp 350.000
3
Blender pencacah Philips
2
Unit
 Rp      550.000
2
 Rp 1.100.000
4
Wadah (dandang, dll)
1
set
 Rp      500.000
5
 Rp 500.000
SubTotal
 Rp 25.400.000
1.4 Investasi Peralatan Penunjang
1
Intalasi Listrik
1
Paket
 Rp   6.000.000
10
 Rp 6.000.000
2
Instalasi telepon dan internet
1
Paket
 Rp   1.000.000
10
 Rp 1.000.000
3
Upgrade Website
1
Paket
 Rp   2.520.000
1
 Rp 2.520.000
SubTotal
 Rp 9.520.000
1.5 Modal Usaha
1
Sewa Tempat
1
Gudang
Rp  25.000.000
1
 Rp 25.000.000
SubTotal
 Rp 25.000.000
TOTAL INVESTASI
Rp 75.420.000


Modal Operasional
Modal operasional adalah biaya minimum yang dibutuhkan untuk pendanaan pada kegiatan produksi, dan distibusi, serta penjualan produk. Biaya ini dibutuhkan ketika perusahaan akan mulai beroperasi. Rencana pengadaan modal operasional ini akan dipinjamkan dari lembaga peminjaman modal usaha, pada kondisi ini direncakan dari Bank Mandiri sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) pada awal kuartal ke dua dengan prediksi angsuran sebesar Rp. 2.005.000,- per bulan selama 36 bulan. Perhitungan nilai angsuran masuk pada aliran kas perusahaan setelah beroperasi.



MANFAAT SOSIAL

9.1 Manfaat Sosial-Finansial

Lowongan kerja
Lowongan kerja merupakan kesempatan yang bisa didapatkan oleh setiap pemuda untuk dipekerjakan pada proses produksi barang. Jumlah lapangan kerja yang terbuka pada tahun tahun pertama adalah 3 orang, kemudian naik menjadi 6 orang, dan terus naik sampai dengan 40 orang yang bisa dipekerjakan untuk proses produksi barang. Sedangkan lapangan kerja yang dapat dibuka untuk pengelolaan hutan rakyat, pada tahun ke-11 akan mampu mencapai 290 orang. Lapangan kerja ini bersifat tetap sesuai perode pengelolaan hutan yang terus berkelanjutan.


Penanaman Modal pada Hutan Rakyat
Dalam periode waktu 10 tahun, setidaknya hutan rakyat akan mempunyai potensi penanaman modal sampai dengan Rp. 5 milyar. Modal tersebut akan dapat berlanjut sampai modal tersebut dicabut dalam arti penanaman modal bersifat tetap dan selalu berputar sesuai perputaran pada periode pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan untuk potensi pembangunan hutan rakyat akan mampu mencapai 290 hektar selama periode 10 tahun.

Potensi manfaat (benefit) finansial yang dihasilkan dari pembangunan hutan rakyat belum masuk dalam hitungan potensi manfaat sosial-finansial. Perhitungan arus kas pada pengusahaan hutan rakyat akan di lakukan secara terpisah dari analisis produk Zero Carbon Smart Case ini. Apabila kedua benefit digabungkan, akan lebih tinggi lagi potensi keuntungan (profit) finansialnya.

Potensi Penghasilan Kayu
Selain pembuka lowongan kerja dan penanaman modal, kontribusi dari pengusahaan produk Zero CSC juga memiliki potensi penghasil kayu rakyat untuk pemenuhan kebutuhan industri. Panen pertama dilakukan pada usia tanaman lima tahun, yaitu pada tahun 2021 yang akan menghasilkan kayu sebanyak 1094 m3, kemudian terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Jika diakumulasikan pada tahun 2030 atau dalam periode pengelolaan 15 tahun, pada akhir tahun 2030 akan menghasilkan kayu sebanya 49.935 m3. Jika dirata-ratakan penghasilan kayu hutan rakyat adalah sebesar 9.832 m3/tahun.

9.2 Manfaat Sosial-Lingkungan

Potensi manfaat lingkungan yang mampu dihasilkan dari pengusahaan hutan rakyat sebenarnya terdiri dari dua macam manfaat, yaitu manfaat penyerapan emisi dan manfaat hidrologi (sumber daya air). Namun yang dapat dibahas dalam pengusahaan saat ini baru sebatas manfaat penyerapan emisi. 

Dengan mengacu pada hasil-hasil Litbang kehutanan (2010): Cadangan Karbon Berbagai Tipe Hutan di Indonesia, Serapan Karbon pada setiap kelas diameter hutan sengon diantaranya adalah 5-10 cm (77,78 Kg/ha) 10-15 cm (991,44 Kg/ha) 15-20 cm (1.752,24 Kg/ha) 20-25 cm (6.428,60 Kg/ha) 25-30 cm (5.243,20 Kg/ha) 30-40 cm (8.266,42 Kg/ha) 40-50 cm (20.306,56 Kg/ha) 50-up cm (34.378,84 Kg/ha).  Sehingga dapat  disimpulkan bahwa potensi penyerapan emisi karbon dari pembangunan hutan rakyat hasil kontribusi produk Zero Carbon Smart Case pada tahun ke dua adalah sebesar 0,3 ton/th. Kemudian terus naik seiring dengan bertambah umur tanaman dan kenaikan luasan hutan yang terbangun, pencapaian potensi serapan emisi karbon mencapai klimaks nya pada tahun 2029 mampu mencapai 907,5 Ton/th.

Sedangkan perhitungan total potensi emisi CO2 yang akan terserap sampai dengan tahun 2030 akan mencapai 6.148,3 Ton emisi CO2.

Kemampuan penyerapan dan jumlah serapan emisi akan membentuk sebuah siklus berulang sesuai dengan siklus pada periode pengelolaan hutan rakyat, yaitu 1-5 tahun



DEVELOPING STRATEGIC AND ACTION PLANS

RoadMap ALBA CF menuju Build Community Forests dan Menjadi grup hutan rakyat terbesar se-Indonesia yang berwawasan lingkungan dengan memegang prinsip-prinsip kelestarian melalui Community Based Forest Enterprise (CBFE).

Roadmap Alba CF ditujukan untuk menciptakan keselarasan antara Alba, Petani, dan Mitra berdasarkan sejumlah prioritas strategis terpadu untuk mempercepat tercapainya visi dan misi. Master Plan atau rencana induk baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang dibuat untuk menggambarkan kemana perusahaan ini berjalan dan bagaimana perusahaan ini mampu berkembang dan akhirnya mapan baik secara kelembagaan (organisasi), program kerja, dan finansial. 

10.1 Rencana Pengembangan Usaha

Pengembangan Produk 
1. Zero CSC
Sebagai produk pionir yang akan terus dikembangkan dengan branding zero carbon, pengembangan ini akan diperluas baik dari segi deferensiasi produk maupun dari segi segmen pasar

2. Kerajinan kayu & Meuble
Kerajinan kayu dan mebel akan dikembangkan dalam rangka mewadahi pengerajin-pengerajin skala rumahan untuk membantu pemasaran dan branding produk-produk mereka.

3. Other Product
Other produk mencakup semua jenis produk yang berpotensi untuk dikembangkan dalam masa mendatang. Tentunya ini didasari dari hasil riset dan pengembangan dari ide-ide kreatif komunitas.

Pengembangan Program
Ada lima program yang akan terus dikembangkan dalam rangka menangkap potensi pasar dan pengabdian sosial. Ke lima program tersebut akan mewadahi minat dari setiap customer dan mitra untuk berkerja sama dalam sektor pengembangan usaha kehutanan dan pertanian yang dikelola Alba.

1. GI (Green Investment)
Fasilitas bagi mereka yang berminat untuk turut berinvestasi pada sektor hutan rakyat secara individu maupun kelompok

2. Do (Donation)
Wadah donasi baik individu maupun kelembagaan atau badan usaha

3. Sponsoship
Wadah kerjasama sponsor

4. Farmer member
Pembembangan sistem registrasi/Pendaftaran bagi member yang berasal dari kalangan petani berbasis offline dan online

5. Komunitas dan Edukasi
Pembangunan komunitas dan sekolah alam

Pengembangan Hutan
Pengembangan hutan ditujukan untuk memperluas jaringan areal hutan rakyat yang akan dibangun sesuai visi menjadi grup hutan rakyat. Oleh karena nya tidak hanya untuk di Jawa Tengah saja, melainkan juga akan dikembangkan ke daerah lain baik Jawa, maupun luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua. Pengembangan ini disebut sebagai misi ekspansi, yaitu terdiri dari dua tahap,
1. Expansi Jawa (Barat, Tengah, Timur)
2. Expansi Sumatera (luar-Jawa)

Pengembangan Kerjasama
Pengembangan kerja sama merupakan pilar utama dalam mencapai target perluasan pasar dan jaringan. Pengembangan kerjasama yang akan dibagun diantaranya adalah,

1. Stakeholder Partenership
Bidikan dari stakeholeder yang dimaksud diantaranya adalah, pemerintah daerah, LSM atau NGO lingkungan dan kehutanan.

2. Corporate Partenership
Ini untuk mewadahi potensi kerjasama dengan perusahaan dalam pengelolaan program perusahaan ataupun dalam pengadaan jasa manajemen program dari perusahaan. 

3. Corporate Donation
Program Donasi selain membidik individu, juga akan membidik korporasi, yakni dengan mengajak dan menawarkan pemanfaatan donasi perusahaan untuk memperbaiki lingkungan 

4. Corporate Membership
Untuk membuka jaringan rantai suplai bahan baku industri (Supply chain). Perusahaan yang akan dibidik diantaranya adalah perusahaan industri mebel dan industri kayu lapis.

Pengembangan Industri
Merupakan cita-cita kemandirian masa depan terdiri dari kemandirian industri kayu, dan kemandirian energi alternatif. Industri yang akan dikembangkan dalam 20 tahun kedepan, diantaranya adalah
1. Kayu Lapis
2. Pulp
3. Energi Alternatif 

10.2 Strategi Pengembangan Usaha

Strategi kompetitif
- Membangun portofolio produk dan menejemen yang terpercaya
- Meningkatkan kemampuan Riset dan Pengembangan (Research & Development /R&D)
- Memperluas Sebaran geografis dan merata
- Membangun dan memegang teguh budaya, nilai, sikap dan kekeluargaan

Strategi kompetitif adalah strategi untuk menghasilkan berbagai keunggulan yang sulit ditiru pada seluruh rantai nilai yang akan dihasilkan dalam beberapa tahun ke depan. Membangun portofolio yag terpercaya akan mampu meyakinkan consumer dan mitra dalam menjalin kerjasama, kemampuan riset dan pengembangan ditunjang oleh strategi rekutmen tim yang solid dan profesional baik dari kalangan akademisi maupun dari profesi ahli dalam bidang terkait.

Strategi pertumbuhan
- Meningkatkan kepercayaan member
- Pengembangan Pasar
- Pengembangan Kerja sama
- Branding terbaik
Keempat strategi ini memberikan prospek yang baik bagi pertumbuhan perusahaan. Kesemuanya dapat diterapkan di seluruh kategori produk barang dan jasa.

Strategi Operasional
- Inovasi & Renovasi
- Komunikasi Member dan konsumen
- Efisiensi dan optimalisasi operasional

Tidak kalah penting yang akan menentukan kemajuan perusahaan di samping strategi kompetitif dan pertumbuhan adalah strategi operasional. Inovasi dan renovasi menjadi kunci utama dalam meningkatkan persaingan, tidak tertinggal oleh perkembangan zaman, dan mampu menyesuaikan diri dalam hal  pengembangan produk, pembaruan dan kualitas. Komunikasi interaktif baik kepada member dan konsumen akan dilakukan terus menerus demi terjalinnya hubungan yang kuat antara perusahaan dengan klien. Selain itu, optimalisasi dan efisiensi operasional akan meningkatkan kinerja tim.






BERSAMBUNG












Comments

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

    Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
    Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

    Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

    Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih atas Saran dan masukannya yang membangun.

Popular posts from this blog

Harga Kayu Meranti 2020

Proposal : Pembangunan Tempat Pengolahan Kayu (Sawmill) Di Sekitar Jalur Cigudeg-Leuwiliang

Penerapan AMDAL pada Pembangunan di Bidang Kehutanan