[Menikah] Belajar mempersiapkan diri dalam rangka melepas belenggu maksiat



[Menikah] Belajar mempersiapkan diri dalam rangka melepas belenggu maksiat
           
Saya hanya ingin sharing pengetahuan saja kepada teman-teman semua, terkhusus lagi buat teman-teman ku yang sedang galau ataupun yang sedang terjerat belenggu kemaksiatan “pacaran” baik itu yang ala kadarnya maupun yang ala islami (pacaran islami).

Saya rasa memang lumayan sulit menghindari hal-hal seperti itu. Pacaran yang menjadi trend anak muda masa kini bahkan anak TK pun sudah kenal dengan istilah apa itu yang disebut pacaran. Banyak teman di sekeliling kita, i.e teman sekelas, sefakultas, sekampus, dan juga teman lama kita terjerat dalam inveksi Virus Merah Jambu (VMJ) yang sangat mematikan iman. Menjebak dalam  ya karena memang di sistem kehidupan yang sekarang ini ada, yang mau gak mau kita harus menjalaninya (sistem hidup ala kapitalis sekuler) semakin menjauhkan kita dan generasi yang lebih muda dari kita terhadap pengetahuan-pengetahuan yang benar tentang  etika berhubungan dengan lawan jenis. Saya pun juga demikian, kalau seandainya saja saya tidak memilih bergabung dengan dakwah di kampus ini yang disana banyak orang-orang sholih *insyaAllah, yang dapat menulari kita kesholihan,

Menikah, siapa yang gak pengen menikah?


Landasan dari Al Quran dan Al Hadits ini, cukup membuat diri saya terutama lebih paham apa yang harusnya kita lakukan, bagaimana kita melakukan, dan sebaiknya siapa yang kita harus kita pilih untuk pendambing kita. Saya ingat wejangan dari bapak saya beberapa tahu yang lalu mungkin saya masih SMP atau SMA ya, saya lupa, dengan ekspresi yang agak kesal bapak saya berkata “nggolek bojo kudu ngati-ati, sekali salah ora iso dibaleni, dadi ojo sembarang ojo ger asal entuk :

Landasan dari Al Quran :
  1. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An Nuur (24) : 32).
  1. "Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).
  1. “Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui،” (Qs. Yaa Siin (36) : 36).
  1. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik (Qs. An Nahl (16) : 72).
  1. Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Qs. Ar. Ruum (30) : 21).
  1. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. At Taubah (9) : 71).
  1. “Wahai manusia, bertaqwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu Ia jadikan daripadanya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” (Qs. An Nisaa (4) : 1).
  1. “Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula (begitu pula sebaliknya). Bagi mereka ampunan dan reski yang melimpah (yaitu : Surga)” (Qs. An Nuur (24) : 26).
  1. “..Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja..(Qs. An Nisaa’ (4) : 3).
  1. “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah berbuat kesesatan yang nyata.” (Qs. Al Ahzaab (33) : 36).



Landasan dari Al Hadits :

  1. Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah : Rasulullah SAW bersabda: "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku !"(HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.).
  2. “Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).
  3. Dari Aisyah, "Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu،¨ (HR. Hakim dan Abu Dawud). 14. Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separoh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separoh lainnya." (HR. Baihaqi).
  4. Dari Amr Ibnu As, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya (khoiru mataa) ialah wanita shalihat (amaratus sholiha)”.(HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai).
  5. "Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
  6. "Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
  7. “Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud).
  8. “Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).
  9. “Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).
  10. Rasulullah SAW. bersabda : "Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah" (HR. Bukhari).
  11. “Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang” (HR. Abu Ya،¦la dan Thabrani).
  12. Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif).
  13. Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka (Al Hadits).


BERAWAL DARI NIAT


Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya’. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan."(Qs. An Nisaa (4) : 4).

Rasulullah SAW bersabda : "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih). Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad). Nabi SAW pernah berjanji : "Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya." (HR. Ashhabus Sunan).

Dari Anas, dia berkata : " Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya" (Ditakhrij dari An Nasa’i)..Subhanallah..

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim) Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. 

Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Tujuan Pernikahan
1.      Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2.      Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3.      Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4.      Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
5.      Ketenangan Jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
6.      Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
7.      Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan).

Menikah? Hmmm, siapa sih yang nggak mau? Didi juga mau? Tapi harus antri, teh Aslihah, teh pupah baru nanti didi menyusul. Biar Didi genapin dulu kalau sudah cukup umur, cukup dewasa, cukup penghasilan, ada calon dan ada ijin orang tua.

Pertanyaan yang mengglitik bagi saya…he he.. Begini, apa yang didambakan oleh seorang muslimah tak jauh berbeda dengan yang didambakan oleh seorang muslim, menjadikan pernikahan sebagai ladang mendekatkan diri kepada Allah, maka masing-masing harus saling menguatkan demi tercapainya pernikahan yang barakah serta diridhoi oleh Allah.

Kenapa pada umumnya laki-laki mendambakan wanita shalehah dan wanita mendambakan lelaki yang sholeh? Wallâhu wa Rasûluhu a’lam. Saya pikir pernikahan itu bukan akhir dari segala-galanya, tapi ia merupakan sarana untuk membuka pintu-pintu keberkahan hidup di dunia dan di akhirat, dalam hal ini, menikah dengan orang yang paham agama (pemahaman agamanya bagus dan akhlaknya menawan) tentunya akan lebih mudah mengarahkan kepada hal-hal yang diridhoi Allah. Kita harus pahami bahwa kehidupan ini penuh onak dan duri, kita akan diuji oleh Allah untuk mengetahui kadar keimanan hamba-Nya, kehadiran seorang istri shalehah atau suami shaleh yang selalu setia disamping kita akan lebih menambah semangat hidup, lebih optimis. Suami-istri yang paham hak dan kewajibannya akan selalu berorientasi akhirat, mereka akan berusaha untuk menguatkan keluarga, mereka selalu ingin bersama, bukan kebersamaan yang semu, tapi kebersamaan yang abadi, di dunia dan di syurga kelak. (Ya Allah jadikan kami salah satu di antara mereka!)

Namun demikian, kita juga tak bisa menafikan bahwa pernikahan bisa dijadikan ladang amal shaleh yang tidak bisa dilakukan oleh mereka yang belum menikah. Seperti yang ditulis Ust. Muhammad Fauzil Adhim dalam buku "Kado pernikahan untuk istriku" hal 122-123: "Tugas suami memang memberikan pendidikan dan pengarahan kepada istri. Tetapi ketika istri mempunyai pengetahuan agama yang lebih banyak, dia dapat mengajarkan kepada suaminya apa-apa yang belum diketahui suaminya, dengan niat berbakti kepada suami dalam rangka mencari ridho Allah. Begitu juga sebaliknya, seorang suami yang memiliki ilmu agama yang lebih tinggi dari istri, dapat menjadi pegangan bagi istri untuk bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya. Suami yang demikian ini perlu memiliki sifat yang penuh kasih sayang, membimbing dan ridho ketika mendidik dan mengarahkan istrinya. Mudah-mudahan istri dapat belajar dari suaminya bagaimana memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak-anak yang lahir dari rahimnya, kelak ketika Allah telah menjadikan dia merelakan rasa sakitnya untuk melahirkan."

Kenapa agama menjadi standar dalam memilih pasangan hidup?

Saya ingin mengutip dua hadis Rasulullah: Pertama, dari Anas bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Barangsiapa menikahi wanita karena kehormatannya (jabatannya), maka Allah hanya akan menambahkan kehinaan. Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah kecuali kefakirannya. Barangsiapa yang menikahi wanita karena nasabnya (kemuliaannya), maka Allah hanya akan menambahkan kerendahan. Dan barangsiapa yang menikahi wanita karena ingin menutupi (kehormatan) matanya, membentengi farjinya, dan mempererat tali silaturrahmi, maka Allah akan menambahkan barakah-Nya kepada (suami) dan istrinya (dalam kehidupan keluarganya)." (HR. Thabrani). Kedua, Rasulullah Saw bersabda: "Jangan kalian menikahi wanita karena kecantikannya semata, boleh jadi kecantikannya itu akan membawa kehancuran. Dan janganlah kalian menikahi wanita karena kekayaan semata, boleh jadi kekayaannya itu akan menyebabkan kesombongan. Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesunggunya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (daripada wanita kaya dan cantik tapi tidak beragama)." (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Pernah ada orang bertanya kepada Hasan ra. mengenai calon suami putrinya. Kemudian Hasan menjawab, "Kamu harus memilih calon suami (putrimu) yang taat beragama. Sebab, jika dia mencintai putrimu maka dia akan memuliakannya. Dan jika dia kurang menyukai, dia tidak akan menghinakannya."

Lalu bagaimana kriteria wanita shalehah itu?

Pertama, dalam surat at Tahrim ayat 5, Allah memberikan delapan klasifikasi: muslimât (yang patuh), mu’minât (yang beriman), qânitât (yang taat), tâibât (yang bertaubat), ‘âbidât (yang banyak mengerjakan ibadat), sâihât (yang berpuasa), tsayyibât (yang janda) dan abkâr (yang perawan). Masih banyak klasifikasi dalam Al-Quran tapi saya cukupkan dengan ayat ini.

Kedua, hadis Rasulullah Saw. "Tiga kunci kebahagiaan bagi seorang laki-laki, adalah ISTRI SHALEHAH yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu, KENDARAAN yang BAIK yang bisa mengantar kemana kamu pergi dan RUMAH yang DAMAI yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah namun jika ditinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya." Di riwayat lain, beliau bersabda: "Akan lebih sempurna ketakwaan bagi seorang muslim, jika ia mempunyai seorang istri shalehah, jika diperintah suaminya dia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminnya."

Ketiga, menurut saya, wanita shalehah adalah wanita yang tahu hak dan kewajibannya sebagai istri, wanita yang membuat suami merasa aman ketika ditinggalkan karena bisa menjaga diri dan kehormatannya, wanita yang siap berkorban jiwa dan raga demi kebahagian bersama dunia dan akhirat, wanita yang setia mendampingi perjuangan suami dalam suka dan duka, tawa dan air mata, wanita yang mau menjadi ibu bagi mujahid dan mujahidah-Nya (jundullah), dan wanita yang mau dikoreksi, belajar dan diislah kalau khilaf.

Bisakah orang yang pernah mengecewakan kita menjadi wanita shalehah? Bisa saja, asal ada langkah kongkret, bukan sekedar angan-angan. Diantara sekian banyak perempuan di nusantara ini, saya tertarik dengan perempuan Jawa. Kalau ditanya kenapa? Saya sendiri nggak tau, yang jelas saya pernah membaca tulisan Sakti Wibowo tentang Khadijah dari Jawa. Kang Abik juga pernah menulis novel yang berjudul Pudarnya Kecantikan Cleopatra –buku best seller-. Intinya, disitu Kang Abik mengatakan bahwa perempuan Jawa itu tanggung jawab, mandiri dan setia kepada suami, benar nggak?

Terakhir, saya ingin mengutip doa Nabi Dawud as. " Ya Allah... Hindarkanlah saya dari anak-anak yang durhaka terhadap orangtuanya; harta yang jadi bencana bagi saya maupun orang lain; tetangga yang buruk sifatnya yaitu jika melihat kebaikan pada saya difitnahnya dan jika melihat keburukan disebarluaskannya, dan istri yang menyusahkan, membuat saya beruban sebelum waktunya."

Wallâhu a'lam bishshawab... 

Moment disaat hati sedang gundah gulana “hehe ^_^
Marbot Nurul Falah – Dramaga – Bogor, 21 April 2012.
copastedit dari : saungtinta.multiply.com by Mas Didi Suryadi, mahasiswa Al Azhar, Cairo.


Comments

  1. bagaimana juga katakan tidak pada pacaran. jika belum mampu nikah maka bersabarlah.

    makasi bngt artikelny bagus sekali.

    ReplyDelete
  2. harus matang banget nih kalau mau memilih yang tepat, biar gak nyesel :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih atas Saran dan masukannya yang membangun.

Popular posts from this blog

Harga Kayu Meranti 2020

Proposal : Pembangunan Tempat Pengolahan Kayu (Sawmill) Di Sekitar Jalur Cigudeg-Leuwiliang

Penerapan AMDAL pada Pembangunan di Bidang Kehutanan